TEMPO.CO, WASHINGTON— Pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap Wakil Presiden Venezuela Tareck El Aissami pada Senin malam waktu setempat.
Seperti dilansir The Associated Press, Selasa 14 Februari 2017, pemerintahan Presiden Donald Trump menuduh El Aissami terlibat jaringan narkotika internasional.
Dengan sanksi ini, El Aissami menjadi pejabat tertinggi Venezuela yang masuk dalam daftar hitam Negeri Abang Sam.
Baca: Pemimpin Hizbullah Sebut Trump Pemimpin 'Idiot'
Pengumuman dalam laman Kementerian Keuangan AS pada Senin malam itu diprediksi akan menambah ketegangan antara kedua negara.
Pemerintah AS juga menjatuhkan sanksi terhadap Samark Lopez, taipan Venezuela yang diyakini sebagai orang kepercayaan El Aissami.
Sebagai bagian dari sanksi, sebanyak 13 perusahaan yang dimiliki Lopez, termasuk lima diantaranya berada di Florida, akan dibekukan. Kedua pria ini juga dilarang masuk ke Amerika Serikat.
Belum ada tanggapan dari El Aissami, tetapi ia menolak tuduhan kriminal sejak lama.
Langkah ini berselang sepekan setelah 34 anggota parlemen AS dari kedua partai mengirim surat kepada Trump dan memintanya untuk menekan pemerintah Venezuela.
Salah satu tokoh Venezuela yang menjadi fokus target adalah El Aissami yang disebut memiliki hubungan dengan Hizbullah.
El Aissami, 42 tahun, berada dalam pengawasan otoritas AS sejak menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri. Ini terkait kasus paspor Venezuela yang dimiliki sejumlah warga Timur Tengah, termasuk anggota Hizbullah.
Bos kartel utama Venezuela, Walid Makled, mengaku membayar suap melalui saudara lelaki El Aissami agar otoritas Venezuela membiarkan ekspor kokain selama dua dekade terakhir.
Pengakuan ini dibuat Makled sebelum diekstradisi ke Kolombia pada 2011.
El Aissami didapuk menjadi wakil presiden pada bulan lalu setelah Presiden Maduro kesulitan menjaga dukungan dari warga sipil sosialis dan militer, setelah Hugo Chavez meninggal dunia.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan sebanyak 80 persen penduduk Venezuela menginginkan Maduro mundur setelah inflasi melejit dan pasokan pangan minim.
El Aissami juga menjadi tokoh yang ditakuti oposisi Venezuela karena memiliki kedekatan dengan badan intelijen.
Sejak El Aissami menjadi wapres, Maduro menyerahkan kendali atas komando antikorup untuk mengejar pejabat dan oposisi yang melawannya.
Bekas pejabat di era Presiden Barack Obama menyebut keputusan ini sejatinya telah dipertimbangkan lama, tetapi baru bisa dilakukan di saat pemerintahan Trump.
“Keputusan ini menjadi sinyal bahwa pejabat tinggi pun akan memperoleh konsekuensi jika terlibat dalam korupsi, pelanggaran hak asasi manusia dan demokrasi,” kata Mark Feierstein, penasihat Obama untuk Amerika Latin.
AP | YAHOO NEWS | SITA PLANASARI AQUADINI