TEMPO.CO, Dhaka - Para pelaku pembantaian 20 sandera di sebuah kafe di Dhaka, Bangladesh adalah anggota militan domestik dan bukan pengikut negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). "Mereka adalah anggota Jumatul Mujahedeen Bangladesh," kata Menteri Dalam Negeri Asaduzzaman Khan, merujuk kelompok terlarang di Bangladesh selama lebih dari satu dekade, Minggu, 3 Juli 2016. Dia menegaskan kelompok itu tidak punya hubungan dengan ISIS.
Kelompok ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan di Kafe Holey Artisan Bakery, Gulshan, yang menewaskan 28 orang, 20 di antaranya para sandera, enam militan dan dua polisi selama 11 jam pengepungan yang berakhir, Sabtu. Pemerintah Bangladesh berulang kali membantah bahwa kelompok itu telah beroperasi di negaranya.
Polisi telah merilis nama-nama dan foto dari enam penyerang yang ditembak di akhir pengepungan. Pelaku ketujuh ditahan dan diperiksa intelijen Bangladesh.
Khan menyatakan seluruh penyerang berpendidikan dengan baik, dan sebagian besar berasal dari keluarga kaya. "Mereka adalah pemuda yang sangat berpendidikan dan mengeyam kuliah di universitas. Tidak seorang pun berasal dari madrasah," kata Khan.
Saat ditanya mengapa mereka menjadi militan, Khan menjawab bahwa "Ini telah menjadi mode."
Kelompok Jumatul Mujahedeen Bangladesh didirikan pada 1998 oleh Shaikh Abdur Rahman, seorang guru agama lulusan Arab Saudi. Kelompok ini mulai menjadi perhatian pada 2001 saat terlibat konflik dengan ekstremis komunis di Dinajpur, Bangladesh utara. Pada 17 Agustus 2005, mereka meledakkan 500 bom rakitan di hampir 300 lokasi hampir bersamaan sebagai bagian dari tuntutan untuk memberlakukan hukum syariah.
Kampanye kekerasan terus berlanjut dengan penyerangan terhadap hakim dan polisi, ancaman terhadap wartawan dan wanita yang tidak berjilbab.
Kelompok itu berhasil membentuk jaringan dengan sedikitnya 10 ribu anggota. Pada 2005, enam dari pemimpinnya termasuk Rahman ditangkap dan kelompok itu dinyatakan terlarang. Keenamnya dihukum gantung pada 2007 setelah dinyatakan bersalah atas pembunuhan dua hakim.
Meski terlarang, kelompok itu tetap aktif. Dabiq, majalah ISIS mengklaim Rahman sebagai pendiri dari gerakan jihad di Bangladesh.
CHANNEL NEWS ASIA | ABC NEWS | NATALIA SANTI