TEMPO.CO, New Jersey - Seorang guru wanita di New Jersey, Amerika Serikat, mengajukan gugatan terhadap sekolahnya karena dianggap melakukan diskriminasi setelah dituduh memecatnya karena beragama Islam.
Sireen Hashem, yang telah mengajar selama dua tahun di Hunterdon Central Regional High School di Flemington, New Jersey, berpendapat bahwa dia kehilangan pekerjaannya setelah serangkaian masalah yang dimulai saat dia menayangkan video aktivis remaja Pakistan, Malala Yousafzai, yang memperjuangkan pendidikan untuk wanita di negara itu yang selamat dari percobaan pembunuhan.
Dalam gugatan itu, Hashem yang merupakan warga negara AS keturunan Palestina, mengatakan dia diperintahkan oleh pihak sekolah untuk tidak "menyebutkan Islam atau Timur Tengah" atau "membawa budaya, pengalaman hidup atau latar belakangnya ke dalam kelas."
Hashem mengajar mata pelajaran sejarah di Sekolah Tinggi Hunterdon di Flemington, New Jersey dari 2013 sampai dipecat April lalu.
Hashem mengatakan, dia menjadi sasaran diskriminasi dan diperlakukan secara tidak adil karena agama anutannya, diperintahkan supaya tidak menyebut tentang Islam di dalam kelas dan dipecat 'semata-mata karena warisan dan agamanya. Masalah timbul segera setelah Hashem mulai mengajar di Hunterdon.
Kejadian tersebut berawal ketika dalam masa magangnya, Hashem yang menggantikan guru sebelumnya, Lindsay Wagner, yang juga menayangkan video tentang Malala pada 2013.
"Atas saran Watson, saya kemudian menayangkan video sama dalam kelas sejarahnya. Sebelas hari kemudian, saya dipanggil atasan saya, Robert Zywicki, dan memberitahu kepala sekolah mendapat keluhan dari orang tua siswa tentang penggunaan video Malala dalam kelasnya," menurut gugatan.
Setelah tayangan video itu Hashem diberitahu bahwa dia tidak bisa mengajar sesuatu yang berhubungan dengan Arab lagi. Beberapa bulan kemudian orang tua murid kembali mengajukan keluhan mengenai tugas esai yang diberikan Hashem kepada anaknya, dimana disuruh membandingkan tindakan perbudakan John Brown di Harper Ferry udengan serangan 9/11 didalangi oleh Osama bin Laden.
Keluhan demi keluhan terus didapat Hashem sehingga akhirnya dia bertemu dengan pengawas Christina Steffner yang memberitahunya bahwa "dia menyebabkan banyak masalah karena keturunan Palestina," menurut gugatan.
Kontrak Hashem tidak diperpanjang untuk tahun ajaran 2015-16, dan sebulan kemudian, FBI mengunjungi rumahnya setelah mendengar bahwa dia mengancam dewan sekolah. Namun, Hashem membantah klaim tersebut.
Setelah mengajukan gugatan tersebut, awal minggu ini, Steffner menolak dasar gugatan Hashem dalam sebuah pernyataan kepada NJ.com. "Saya ingin menyatakan dengan sangat jelas bahwa tuduhan Hashem terhadap saya adalah tidak benar," tulisnya. "Saya tidak pernah membuat keputusan personil berdasarkan tujuan yang tidak benar. Laporan dikaitkan dengan saya secara faktual salah dan bahkan mungkin memfitnah."
Seperti yang dilansir IB Times pada 18 Desember 2015, Hashem menuntut atas kerusakan dan kehilangan upah, yang terakhir yang berjumlah sekitar US$ 61 ribu per tahun. Pengacaranya, Omar Mohammedi, tidak memberitahu apakah Hashem menemukan pekerjaan baru atau tidak, tapi dia mengatakan Hashem "benar-benar terluka secara emosional" dan "menangis sepanjang waktu."
Sementara itu, banyak murid Hashem melalui media sosial untuk memprotes pemecatan Hashem dan mendukung gugatannya.
IB TIMES | YON DEMA