TEMPO.CO, Berlin - Negara-negara Eropa mengaku tidak mampu lagi menerima kedatangan pengungsi atau pendatang baru karena krisis yang semakin meruncing. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Prancis Manuel Valls pada Rabu, 25 November 2015 di Berlin , Jerman.
"Kami tidak mungkin lagi mampu menerima pengungsi di Eropa. Memang tidak mampu. Uni Eropa (UE) harus memperketat kontrol perbatasan karena itu akan menentukan nasib kita semua di dalam Uni Eropa," kata Valls seperti yang dilansir Daily Mail pada 25 November 2015.
Pernyataan itu disiarkan media beberapa jam sebelum Kanselir Jerman, Angela Merkel, dijadwalkan menemui Presiden Prancis Francois Hollande di Paris.
Ada pihak yang menuduh keputusan Angela membuka perbatasan Jerman kepada pengungsi Suriah, September lalu, menyebabkan lebih banyak imigran ke Eropa.
Isu itu semakin panas menyusul rentetan serangan teroris di Paris pada 13 November lalu yang menimbulkan kekhawatiran militan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) akan mengeksploitasi krisis imigran itu untuk mengirim pejuangnya ke Eropa.
Para pengungsi yang umumnya berasal dari Suriah, Irak, dan Afghanistan, masuk ke Eropa melalui perbatasan Makedonia.
Sebagian besar dari mereka biasanya mendarat di Yunani dengan perahu, kemudian melakukan perjalanan ke negara-negara kaya, terutama Jerman dan Swedia.
Negara Balkan, termasuk Makedonia dan Kroasia, memicu kekhawatiran hak asasi manusia pekan lalu dengan memberlakukan pembatasan perbatasan baru yang hanya memungkinkan bagi pengungsi dari negara yang terpengaruh oleh perang untuk masuk.
Ratusan migran yang terjebak di perbatasan Yunani-Makedonia telah melakukan protes, termasuk dengan menjahit bibir mereka bersama-sama.
DAILY MAIL|BBC|YON DEMA