TEMPO.CO, Bedminster—Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan ancaman kepada Korea Utara setelah laporan komunitas intelijen AS menyimpulkan rezim Kim Jong-un berhasil memproduksi hulu ledak nuklir.
Seperti dilansir The Washington Post, Rabu 9 Agustus 2017, Trump menegaskan senjata nuklir Pyongyang akan direspons Washington dengan “api dan amarah”.
“Korea Utara tidak akan melakukan ancaman lain terhadap Amerika Serikat,” kata Presiden Trump kepada wartawan di Trump National Golf Club di Bedminster, New Jersey, Selasa waktu setempat.
Baca: Amerika dan Jepang Yakini Korea Utara Buat Hulu Ledak Nuklir
”Mereka akan disambut dengan api dan amarah seperti yang belum pernah dilihat dunia.”
Ucapan tersebut menandai kenaikan tajam dalam retorika dari AS. Sebab, komentar pemerintah AS sebelumnya difokuskan untuk menemukan solusi non-militer.
Juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Chris Logan mengatakan, AS berusaha untuk melakukan de-nuklirisasi damai di Semenanjung Korea.
"Namun, kami tetap siap untuk membela diri dan sekutu kami, menggunakan berbagai kemampuan yang ada, sehubungan dengan ancaman yang terus meningkat dari Korut," ujar Logan.
Komentar Trump itu sebagai respons atas sebuah laporan rahasia dari Badan Intelijen Pertahanan (DIA) AS tertanggal 28 Juli 2017. Laporan itu menyimpulkan bahwa Pyongyang berhasil memproduksi miniatur hulu ledak nuklir yang bisa dipasang di rudal balistik antarbenua (ICBM).
”IC (komunitas intelijen) menilai Korea Utara telah menghasilkan senjata nuklir untuk pengiriman rudal balistik, untuk dikirim oleh rudal jenis ICBM (rudal balistik antarbenua),” bunyi laporan tersebut.
Kesimpulan umum penilaian itu telah diverifikasi oleh dua pejabat AS yang mengetahui dokumen tersebut. Belum diketahui apakah rezim komunis terisolasi tersebut telah berhasil menguji miniatur senjata nuklir atau belum, meskipun Korut pada tahun lalu secara resmi mengklaim telah berhasil melakukannya.
DIA dan Kantor Direktur Intelijen Nasional AS enggan berkomentar terkait laporan penilaian komunitas intelijen tentang kemampuan produksi senjata nuklir rezim Kim Jong-un.
Pentagon juga tidak mengomentari cerita tersebut, namun Washington Post mengatakan, dua pejabat AS yang mengetahui analisis tersebut telah memverifikasi kesimpulan tersebut. Sementara, CNN pun mengaku telah mengkonfirmasi laporan tersebut.
Kemajuan tersebut menunjukkan bahwa Korut berada di jalur yang lebih jauh untuk memiliki rudal nuklir yang siap diluncurkan, dibanding dengan yang diperkirakan semula.
Para ahli telah sampai bulan lalu mengatakan, dibutuhkan waktu dua atau tiga tahun lagi bagi Korut untuk mengembangkan ICBM berhulu ledak nuklir.
ICBM adalah singkatan dari Intercontinental Ballistic Missile atau peluru kendali balistik antarbenua.
Rudal jenis ini memiliki jangkauan yang sangat jauh, di atas 5.000 kilometer, hingga 12.000 kilometer.
Peluru kendali balistik antar benua semacam ini memang dirancang untuk dapat membawa senjata nuklir.
Saat ini, perhitungan para pakar tersebut tiba-tiba berubah setelah Pyongyang bulan lalu menguji dua ICBM. Di mana hal itu menjadi kali pertama bagi pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un menunjukkan kemampuan semacam itu.
Peluncuran pertama itu oleh Kim digambarkan sebagai hadiah untuk AS dengan menunjukkan rudal tersebut memiliki jangkauan potensial untuk menghantam Alaska.
Baca: Korea Utara Mengancam Amerika dengan Nuklir
Rudal kedua yang diuji minggu lalu terbang lebih lama lagi, dengan beberapa ahli bahkan menyebut New York pun berada dalam jangkauan rudal itu.
Kementerian Luar Negeri AS juga menolak untuk mengomentari laporan Washington Post tersebut.
Namun Wakil Menteri Luar Negeri John Sullivan mengatakan pemerintahan Presiden Trump terus berupaya memastikan Cina dan negara-negara lain menerapkan sanksi baru terhadap Korea Utara.
THE WASHINGTON POST | CNN | IB TIMES | SITA PLANASARI AQUADINI