TEMPO.CO, Mogadishu— Kelompok teroris Al Shabab mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan dan penyanderaan di sebuah restoran di ibu kota Somalia, Mogadishu, pada Rabu malam waktu setempat.
Seperti dilansir The Associated Press, Kamis 15 Juni 2017, sekelompok pria bersenjata yang memakai seragam militer membunuh sedikitnya 17 pengunjung dan menyandera setidaknya 20 orang lain di dalam restoran terkenal itu.
Aksi penyaderaan itu terjadi setelah aksi pelaku bom bunuh diri menghantamkan sebuah mobil ke sebelah restoran itu dan gerilyawan menyerbu masuk.
Baca: Disangka Milisi Al Shabaab, Menteri Ini Tewas Ditembak Tentara
Saksi mata mengatakan polisi mengepung seluruh distrik di sekitar restoran Pizza House di Mogadishu, yang berdekatan dengan Hotel Posh, tempat pelaku bom bunuh diri menyerang lebih dulu. Posh Hotel adalah satu-satunya tempat dengan diskotek di Mogadishu.
"Para milisi masih berada di dalam Pizza House dan mereka menahan lebih dari 20 orang. Kami tidak tahu berapa banyak yang meninggal atau hidup," kata Ibrahim Hussein, seorang polisi, seperti dikutip Reuters.
Polisi lain menyebut dua dari kawanan pelaku tewas ditembak dan 10 sandera berhasil dibebaskan. Namun lima pelaku masih berada di dalam restoran dan memutus aliran listrik sehingga mempersulit proses penyelamatan.
Sopir ambulans, Khalif Dahir, mengatakan bahwa pihaknya telah membawa 17 jasad dan 26 korban terluka dari lokasi kejadian.
Salah satu korban tewas adalah seorang warga negara Suriah. Sebagian besar korban adalah pria muda yang sedang memasuki Pizza House ketika mobil berisi bom meledak.
Baca: Presiden Somalia Umumkan Perang Melawan Milisi al-Shabab
Al-Shabab mengaku bertanggung jawab. Kelompok tersebut telah melakukan kampanye bom bunuh diri dalam upayanya untuk menggulingkan pemerintah Somalia dan memaksakan interpretasi ketat terhadap Islam.
"Seorang milisi dengan bom mobilnya bunuh diri yang menewaskan dirinya sendiri setelah dia menabrak Hotel Posh, yang merupakan kelab malam. Operasi berlanjut," ujar juru bicara militer kelompok tersebut, Abdiasis Abu Musab.
Sejak kehilangan sebagian besar wilayah dari penjaga perdamaian Uni Afrika yang mendukung pemerintah, kelompok tersebut sering kali melancarkan serangan dan serangan mematikan di Mogadishu dan wilayah lain yang dikendalikan oleh pemerintah federal.
Al-Shabab menjadi kelompok paling memarikan di Afrika, karena menewaskan lebih dari 4.200 orang selama 2016.
AP | TIME | REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI