TEMPO.CO, Asuncion - Gedung parlemen Paraguay dibakar oleh massa yang memprotes amandemen konstitusi yang memberi kesempatan bagi presiden Horacio Cartes kembali mengikuti pemilu.
Dalam aksi yang berlangsung pada Jumat malam, 31 Maret 2017 di Asuncion, ibu kota Paraguay, demonstran memecahkan jendela, membakar ban dan kemudian menerobos masuk gedung parlemen setelah melewati penjagaan polisi.
Barikade polisi yang bersenjatakan gas air mata dan peluru karet mampu diterobos massa yang beberapa sudah terluka.
Baca juga: 4 Tulang Belulang Ini Bukti Kekejaman Diktator Paraguay
"Sebuah kudeta telah dilakukan. Kami akan menolak dan kami mengundang orang-orang untuk menolak dengan kami," kata Senator Desiree Masi dari oposisi Partai Demokrat Progresif, peserta unjuk rasa.
Seperti yang dilansir Channel News Asia pada 1 April 2017, puluhan polisi dan bahkan politisi dan wartawan terluka. Massa juga merusak kantor berita AFP yang disinyalir mendukung perubahan konstitusi itu.
Menteri Dalam Negeri Paraguay, Tadeo Rojas mengatakan satu anggota majelis rendah Kongres yang ikut unjuk rasa dirawat setelah terkena peluru karet polisi. Jumlah korban belum diketahui secara pasti.
Seorang saksi mata menyebutkan bahwa demonstrasi tersebut merupakan kekerasan terburuk sejak Paraguay menjadi negara demokrasi pada tahun 1992.
Massa aksi menyerang Gedung Parelemen Paraguay , setelah menerima laporan bahwa sebanyak 25 dari 45 anggota senat tengah melakukan sidang untuk mengamandemen konstitusi negara itu. Jumlah itu telah memenuhi syarat untuk meloloskan amandemen yang akan memberikan kesempatan untuk presiden Horactio Cartes kembali berkuasa.
Konstitusi Paraguay tahun 1992 mengatur seorang presiden hanya diberikan masa jabatan selama lima tahun. Presiden tidak bisa mencalonkan diri lagi dalam pemilu setelah itu.
Presiden Horactio Cartes diduga berupaya menghapus pembatasan masa jabatan presiden yang diatur dalam konstitusi. Masa jabatan Cartes sendiri akan berakhir pada 2018.
Perubahan ini juga akan berdampak pada mantan presiden yang digulingkan, Fernando Lugo untuk mencalonkan diri lagi pada pemilu mendatang. Lugo mendapat dukungan dari partaii sayap kiri Paraguay.
Baca juga: Pria Terkaya Paraguay Terpilih Jadi Presiden
Kongres memakzulkan Lugo pada 2012. Ia dinilai gagal dalam tugasnya untuk menjaga ketertiban sosial menyusul penggusuran lahan berdarah.
Beberapa negara Amerika Latin, termasuk Paraguay, Peru dan Chile, masih menerapkan sistem satu periode bagi presiden. Lainnya, termasuk Kolombia dan Venezuela, telah mengubah konstitusi mereka untuk memberikan presiden kesempatan dipilih kembali atau dua periode.
CHANNEL NEWS ASIA|BBC|YON DEMA