TEMPO.CO, Singapura - Singapura mendeportasi empat warga Indonesia yang diduga kuat akan pergi ke Timur Tengah untuk bergabung bersama kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Sebuah sumber yang dekat dengan kasus ini mengatakan kepada The Straits Times, Senin, 22 Februari 2016, bahwa empat WNI itu termasuk seorang anak berusia 15 tahun. Mereka ditangkap aparat keamanan Singapura di Woodlands Checkpoint.
Mereka diidentifikasi sebagai Muhammad Mufid Murtadho, Untung Sugema Mardjuki, Mukhlis Koifur Rofiq, dan Risno. Kepala Polri Badrodin Haiti mengatakan keempatnya terhubung dengan ideolog radikal Aman Abdurrahman.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, membenarkan soal empat WNI yang dideportasi aparat keamanan Singapura itu. "Ya, keempatnya memang dideportasi karena diduga terkait dengan ISIS," ujarnya melalui sambungan telepon, Selasa, 23 Februari 2016.
Menurut Nasir, keempat WNI itu bernama Muhammad Mufid Murtadho, Untung Sugema Mardjuki, Mukhlis Koifur Rofiq, dan Risno. Mereka sudah berada di Indonesia.
Aman diduga sebagai otak serangan bom di kawasan Thamrin, Jakarta, pada 14 Januari 2016 dari selnya di penjara Nusakambangan. Namun belum jelas apakah tiga pria dan anak laki-laki yang dideportasi dari Singapura tersebut terlibat serangan di Thamrin itu.
Menurut The Straits Times, keempatnya telah diserahkan ke polisi Indonesia di Pulau Batam pada Minggu, 21 Februari 2016. Kepala Kepolisian Resor Barelang, Kota Batam, Helmy Santika mengatakan kepada wartawan bahwa keempatnya ditahan petugas imigrasi Singapura karena pola perjalanan mereka mencurigakan.
Helmy melanjutkan, keempatnya menggunakan feri dari Batam ke Singapura beberapa hari lalu, sebelum menuju Johor di Malaysia. "Setelah hanya tiga jam di sana, mereka kembali ke Singapura," katanya.
Mereka diinterogasi selama lima jam di Batam sebelum diantar ke Jakarta di bawah penjagaan ketat. Helmy mengatakan penyelidikan sedang dilakukan untuk menentukan bagaimana mereka berencana ke Suriah. "Jika ada link ke jaringan ISIS, kami akan berkoordinasi dengan Densus 88," tuturnya.
Keempat orang tersebut berasal dari Jakarta, Bekasi, Jawa Barat, dan Purbalingga. "Mereka sudah melakukan perjalanan haji ke Mekah tiga kali, dengan satu dari mereka pernah ke Suriah. Dia tinggal selama beberapa minggu," ucapnya.
STRAITSTIMES.COM | MECHOS DE LAROCHA | BAGUS PRASETIYO