TEMPO.CO, Dabu - Rumah leluhur keluarga Lee Kuan Yew akan menjadi daerah tujuan wisata internasional. Pemerintah Distrik Dabu, Provinsi Guangdong, wilayah selatan Cina telah mengeluarkan US$ 8,8 juta atau setara Rp 83,5 miliar untuk membenahi rumah leluhur bapak bangsa Singapura itu sehingga menarik minat para turis.
Seperti dikutip dari Straits Times, 26 Maret 2015, wilayah Dabu tempat rumah leluhur Lee Kuan Yew tinggal kental dengan karateristik budaya Cina Hakka.
Pembangunan kawasan rumah Lee Kuan Yew untuk menjadi tujuan wisata internasional sudah dimulai sejak tahun lalu. Sebelumnya, antara tahun 2007-2008 , rumah dan sekelilingnya sudah diperbaiki oleh pemerintah setempat.
Tahap pertama dari proyek itu adalah mendirikan ruang Memorial Hall tentang Lee Kuan Yew. Ruang ini akan selesai dibangun pada akhir tahun ini.
Selain itu, akan ada ruang untuk menjelaskan tentang silsiah keluarga Lee, anggota keluarganya, dan kehidupan politik serta khusus memperkenalkan Perdana Menteri Lee Hsien Loong.
Rumah leluhur Lee Luan Yew didirikan oleh Li Muwen, buyut perdana menteri pertama Singapura ini pada 1884. Rumah leluhur itu diberi nama Zhonghandi.
Meski belum resmi jadi tempat tujuan wisata, seorang pejabat di Dabu menjelaskan banyak turis lokal dan asing mengunjungi rumah leluhur Lee Kuan Yew setiap tahun. Mereka ingin mengetahui perjalanan hidupnya.
Lee Kuan Yew meninggal pada Rabu, 23 Maret 2015 dalam usia 91 tahun. Selama tujuh hari Singapura berkabung. Perdana Menteri Lee Hsie Loong, putra sulung Lee Kuan Yew, menerima banyak ucapan duka dari para pemimpin dunia. Upacara kenegaraan untuk pemakaman Perdana Menteri Pertama Singapura itu akan diadakan pada Minggu, 29 Maret 2015.
STRAITS TIMES | MARIA RITA