TEMPO.CO, Simferopol - Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa, Robert Serry, terpaksa mempersingkat kunjungannya di Ukraina setelah mendapat ancaman dari sekelompok orang yang memaksanya segera meninggalkan negara itu.
Diplomat asal Belanda itu baru saja kembali dari kompleks militer Ukraina, Rabu, 5 Maret 2014. Begitu keluar dari kompleks militer, ia dihadang sekelompok orang berpakaian sipil yang berjumlah sekitar 100 sambil meneriakkan: "Rusia! Rusia!"
Serry kemudian dibawa ke satu kafe dan sempat ditahan oleh kelompok tak jelas identitasnya itu. Penterjemah Serry, Vadim Kastelli, mengatakan kelompok itu menahan Serry untuk tidak berkunjung ke Crimea. Ia digiring kembali dengan kawalan ketat menuju bandara di Kota Simferopol, tanpa diberi kesempatan kembali ke kamar hotel untuk mengambil tasnya.
Ia kemudian dipaksa terbang dengan pesawat menuju Istanbul. Serry tak berdaya, meski berusaha menolak tuntutan kelompok yang diduga bersenjata itu. "Setidaknya satu di antara mereka bersenjata," kata Kastelli, yang mendapat informasi dari jurnalis televisi ITN yang meliput insiden itu.
Hingga hari ini, pasukan tentara Rusia menguasai Crimea. Otoritas Crimea, menurut Kastelli, mengetahui kedatangan Serry dan sudah mengkoordinasikan kegiatan yang akan dibahas bersamanya. "Itu sebabnya mengapa dia (Serry) memutuskan datang tanpa pengamanan," ujar Kastelli.
Anggota parlemen Ukraina, Nikolai Rudkovsky, sempat berbicara dengan Serry melalui telepon dari dalam pesawat. Serry menitip pesan agar semua pihak duduk bersama dan menemukan satu pemahaman.
REUTERS I MARIA RITA HASUGIAN
Terkait: