TEMPO.CO , Toronto - Wanita yang suaminya secara diam-diam menjadi donor sperma "menggugat" aturan negara terkait hal itu. Ia mengimbau agar klinik-klinik yang menampung donor sperma pria berkeluarga harus mendapatkan persetujuan pasangannya.
Wanita yang tak disebutkan namanya ini menyatakan kekhawatirannya apabila para suami "obral" sperma. Menurut wanita asal Surrey, Kanada ini, anak-anak hasil donor sperma suaminya akan memiliki darah yang sama dengan anak-anaknya, dan karenanya mereka bersaudara.
Dia melayangkan surat pada Human Fertilisation and Embryology Authority dan mendesak agar lembaga ini mengeluarkan petunjuk jelas aturan donasi sperma, termasuk persetujuan pasangan. Ia menyebut sperma dalam hal ini harus diperlakukan sebagai "aset pernikahan bersama".
Ia juga melakukan kontak dengan Diane Blood, wanita yang dua anaknya dibuahi oleh sperma suaminya.
Dr Gulam Bahadur, pakar fertilitas pria di Homerton University menyatakan, keluhan seperti yang diungkapkan wanita asal Surrey ini terus bertumbuh. Menurutnya, hal semacam ini tak bisa didiamkan.
Kontroversi donor sperma muncul tahun 2005 ketika seorang donor diberi izin untuk membuahi sel telur hingga 10 penerima. Aturan ini diikuti keharusan untuk memberitahu anaknya ketika dewasa tentang ayah biologisnya, namun tak menyebut kewajiban apapun bagi pria yang beristri.
Donasi sperma di Kanada ditujukan untuk membantu pasangan suami-istri yang karena alasan medis tak mungkin memiliki anak secara normal.
MAIL ONLINE | TRIP B