TEMPO Interaktif, Kandahar - Rakyat Afganistan marah. Mereka membakar ban dan meneriakkan "Mampuslah Amerika" setelah pasukan Amerika Serikat, Senin, menembak bus sipil di dekat Kandahar.
Akibat penembakan itu empat warga sipil tewas dan melukai lebih dari selusin orang. Presiden Afganistan menuduh NATO melanggar komitmen untuk menjaga warga sipil.
Serangan itu, menurut pejabat Afganistan di Kandahar tempat kelahiran Taliban, membuat rakyat marah. Selain itu, inisden ini menjadi pukulan bagi Amerika Serikat dan NATO untuk bisa merebut hati rakyat agar bersedia bekerjasama mengusir para pemberontak di kota terbesar di Selatan.
Sekitar 200 massa memblokade jalan bebas hambatan tempat kejadian perkara, membakar ban, menembakkan senjata seraya berteriak "Mampuslah Amerika" dan slogan-slogan kecaman lainnya.
Mereka juga menyerukan pemecatan Presiden Hamid Karzai, pribumi Kandahar, yang mengundang pasukan asing pimpinan Amerika Serikat untuk melawan Taliban.
"Amerika Serikat terus menerus membunuhi warga sipil kami dan pemerintah tak butuh penjelasan," teriak demonstran Mohammad Razaq. Dia menambahkan, "Kami butuh keadilan dari pemerintah Karzai dan hukuman bagi para serdadu yang bertanggung jawab atas insiden itu."
NATo menjelaskan, peristiwa itu bermula dari sebuah bus berjalan lambat mendekat ke arah patroli militer dari jalur bebas hambatan. Selanjutnya, tentara memuntahkan peluru tajam setelah pengemudi bus tak menghiraukan peringatan tanda lampu dan sinyal tangan agar berjalan lambat. "Kami sangat prihatin atas tewasnya warga sipil."
Pelaku penembakan menurut saksi mata, adalah pasukan aliansi yang tak jelas asal negaranya. Pejabat Afganistan menyebutkan mereka pasukan dari Amerika Serikat. Namun demikian, mereka tidak ingin terjadi masalah dengan komando NATO.
Salah seorang korban selamat mengatakan kepada The Associated Press di rumah sakit Kandahar, saat itu baru saja bus meninggalkan terminal berjalan di jalur bebas hambatan tiba-tiba konvoi Amerika melintas. Tiga atau ermpat pasukan Amerika yang berada di dalam kendaraan menembakkan senjata ke arah bus.
"Mereka tiba-tiba menembak. Saya tidak tahu mengapa. Kami berhenti dan setelah itu tidak apa yang terjadi," kata Mohammad, mata kiri tertutup bengkak, janggut dan bajunya berlumurah darah.
Karzai yang kerap mengritik NATO atas sikapnye terhadap warga sipil, mengutuk serangan tersebut.
"Bagi kami, insiden tersebut sangat serius," kata Gubernur Kandahar Tooryali Wesa. "Kami ingin tahu siapa yang bertanggung jawab dan harus ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku."
AP | CHOIRUL