TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Selasa, 8 Oktober 2024, mengatakan Hizbullah "babak belur dan hancur" setelah serangan terus menerus terhadap kelompok tersebut dan pembunuhan pemimpinnya, Hassan Nasrallah.
Dalam sebuah pengarahan dengan komando utara militer, Gallant mengatakan bahwa Hizbullah "adalah sebuah organisasi yang babak belur dan hancur, tanpa komando yang signifikan dan kemampuan menembak, dengan kepemimpinan yang terpecah belah setelah tewasnya Hassan Nasrallah".
Sebelumnya, hari ini, pihak militer mengatakan sekitar 85 proyektil ditembakkan dari Lebanon ke Israel utara.
Wakil pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, Selasa, mengatakan dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi bahwa kemampuan kelompok tersebut masih utuh dan para pejuangnya mendorong kembali serangan darat Israel, terlepas dari "pukulan menyakitkan" yang ditimpakan oleh Israel dalam beberapa minggu terakhir.
Hizbullah mulai meluncurkan rudal ke Israel setahun yang lalu untuk mendukung sekutunya, Hamas, yang sedang berperang dengan Israel setelah serangan yang dipimpin Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023.
Serangan Israel telah menghantam benteng pertahanan kelompok tersebut di pinggiran selatan Beirut pada malam hari, dan serangan darat diperluas pada Selasa ke beberapa wilayah di perbatasan selatan Lebanon dengan Israel.
Qassem mengeluarkan pernyataan yang menantang, dengan mengatakan bahwa kemampuan kelompok tersebut masih utuh, bahwa mereka telah meningkatkan tembakan roketnya ke Israel dan bahwa mereka ingin sekali melakukan "bentrokan" dengan pasukan Israel di Lebanon.
Pidato Naim Qassem
Naib Qassem menyampaikan beberapa hal dalam pidatonya. Pertama, tentang pembangkangan - bahwa Hizbullah masih memiliki kemampuan. Dia sangat jelas mengatakan bahwa struktur komando, kontrol dan administrasinya masih ada - bahwa semua pemimpin militer yang telah terbunuh telah diganti atau kemampuan mereka digunakan dengan cara lain.
Ia juga mengatakan bahwa Hizbullah akan memilih sekretaris jenderal yang baru. Kemudian ia berbicara tentang Palestina dan mengatakan bahwa ini adalah solidaritas terhadap Palestina. Itulah mengapa mereka bergabung dalam perang pada 8 Oktober tahun lalu, dan mereka terus melakukannya untuk mendukung saudara-saudara pejuang Palestina.
Dia juga berbicara tentang Iran. Ia mengatakan bahwa Iran tetap teguh dalam mendukung perlawanan. Dia mengkritik peran AS, dengan mengatakan bahwa jika bukan karena Amerika yang mendukung Israel, maka Israel akan runtuh.
Namun, dia dengan sangat jelas mengatakan bahwa fakta bahwa 60.000 warga Israel tidak dapat kembali ke rumah mereka di utara adalah kemenangan bagi Hizbullah.