TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 37 orang tewas di pinggiran ibu kota Lebanon, Beirut akibat serangan udara Israel, Jumat lalu. Petugas penyelamat di Beirut masih mencari orang-orang yang hilang di reruntuhan pada Sabtu, 21 September 2024.
Hizbullah, kelompok kuat yang didukung Iran, mengatakan bahwa 16 anggota termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan lainnya, Ahmed Wahbi, termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan paling mematikan dalam hampir satu tahun konflik dengan Israel.
Di Lebanon selatan pada hari Sabtu, orang-orang menggambarkan ledakan besar yang menerangi langit malam dan mengguncang tanah saat Israel melakukan serangan terbarunya. Menteri Perhubungan yang berafiliasi dengan Hizbullah, Ali Hamieh, mengatakan kepada wartawan di lokasi serangan hari Jumat di pinggiran kota Beirut bahwa sedikitnya 23 orang masih hilang.
"Musuh Israel membawa wilayah ini ke medan perang," katanya.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant, yang mengatakan minggu ini Israel meluncurkan fase baru perang di perbatasan utara. "Urutan tindakan dalam fase baru ini akan terus berlanjut hingga tujuan kami tercapai: kembalinya penduduk utara ke rumah mereka dengan selamat," ujarnya di X.
Menurut militer Israel, serangan itu menyerang pertemuan bawah tanah Aqil dan para pemimpin pasukan elite Hizbullah, Radwan, dan hampir menghancurkan rantai komando militernya. Serangan itu menghancurkan sebuah gedung perumahan bertingkat di pinggiran kota yang padat penduduk dan merusak sebuah tempat penitipan anak di sebelahnya, kata seorang sumber keamanan. Tiga anak-anak dan tujuh wanita termasuk di antara mereka yang tewas, menurut kementerian kesehatan Lebanon.