Serangan lintas perbatasan berlanjut pada hari Sabtu. Pesawat tempur Israel melakukan pemboman terberat dalam 11 bulan pertempuran di selatan Lebanon. Hizbullah mengklaim serangan roket terhadap target militer di utara Israel.
Tentara Israel mengatakan serangan itu mengenai sekitar 180 target, menghancurkan ribuan laras peluncur roket. Serangan hari Jumat itu meningkatkan konflik secara tajam dan memberikan pukulan lain terhadap Hizbullah. Pekan lalu, Israel meledakkan pager dan walkie talkie secara serentak yang digunakan Hizbullah.
Jumlah korban tewas akibat serangan tersebut telah meningkat menjadi 39, dan lebih dari 3.000 orang terluka. Serangan terhadap perangkat komunikasi secara luas diyakini dilakukan oleh Israel, yang tidak membenarkan atau membantah keterlibatannya.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati membatalkan rencana perjalanan ke Majelis Umum PBB di New York. Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan ia khawatir mengenai eskalasi namun pembunuhan pemimpin tinggi Hizbullah oleh Israel membawa keadilan bagi kelompok tersebut.
"Meskipun risiko eskalasi itu nyata, kami sebenarnya percaya ada juga jalan yang jelas untuk mencapai penghentian permusuhan dan solusi berkelanjutan yang membuat orang-orang di kedua sisi perbatasan merasa aman," kata Sullivan kepada wartawan.
Hizbullah mengatakan akan terus memerangi Israel sampai Israel menyetujui gencatan senjata dalam perang melawan Hamas di daerah kantong Palestina di Gaza. Pejabat AS mengatakan hal itu tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat. Israel ingin Hizbullah menghentikan tembakan dan menarik pasukan dari wilayah perbatasan, mematuhi resolusi PBB yang ditandatangani dengan Israel pada tahun 2006, terlepas dari kesepakatan apa pun dengan Gaza.
REUTERS
Pilihan editor: Korea Selatan Diplomasi Kuliner di Acara 2024 Kimchi Promotion