TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Shin Bet Ronen Bar mengirim surat kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Kamis lalu. Ia memperingatkan bahwa aksi teror Yahudi baru-baru ini, seperti serangan besar-besaran terhadap desa Palestina di Tepi Barat utara, Jit, telah menempatkan negara itu di ambang bencana.
Dalam artikel media Israel, The Jerusalem Post, Ronen Bar menuduh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan anggota koalisi lainnya terkadang secara tidak langsung yang menyulut kebrutalan tersebut. Kunjungan Ben Gvir baru-baru ini ke Temple Mount, menurut Bar, menyebabkan sejumlah besar orang Yahudi berdoa di sana dan melanggar kebijakan status quo pemerintah.
Selanjutnya, menurut Bar, bahwa tidak cukup jika kekerasan Yahudi saat ini disebut sebagai "kejahatan nasionalis" tetapi harus disebut sebagai teror Yahudi. Terutama karena tujuan teror itu untuk menegakkan penindasan yang luas atas kelompok minoritas lain. Para penyerangnya bukanlah kaum minoritas yang melakukan serangan kecil terhadap kaum mayoritas.
Lebih jauh, dia mengatakan bahwa dia menulis kepada Netanyahu dan pejabat tinggi lainnya karena kekhawatirannya yang mendalam sebagai seorang Yahudi, seorang Israel, dan seorang pejabat keamanan. Bar mengatakan, jika dulu para ekstremis Yahudi melakukan kekerasan terhadap warga Palestina secara sembunyi-sembunyi dan menggunakan senjata seadanya, kini mereka menyerang secara terang-terangan dalam jumlah puluhan atau lebih besar, termasuk menggunakan senjata mematikan.
Direktur Shin Bet menambahkan bahwa dalam beberapa kasus, mereka yang melakukan kekerasan menerima senjata dari pemerintah sebagai bagian dari program untuk memperluas ketersediaan senjata bagi orang Yahudi Tepi Barat setelah 7 Oktober. Ia juga mengatakan bahwa para ekstremis Yahudi tidak lagi takut dengan penahanan administratif karena mereka berharap sekutu koalisi akan membebaskan dan membayar mereka sejumlah uang.
Menurut Bar, proses ini merusak tatanan masyarakat Israel di dalam negeri dan membahayakan dukungan terhadap negara Yahudi itu secara global, bahkan di antara sekutunya. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa IDF tidak terlatih atau diperlengkapi untuk menangani ukuran dan cakupan fenomena teror Yahudi yang meluas.
Menyusul surat ini, Ben-Gvir menuntut agar Bar dipecat saat menghadiri rapat kabinet pada Kamis malam. Setelah mengajukan tuntutan, Ben-Gvir tiba-tiba meninggalkan pertemuan.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan menteri pemerintah lainnya dilaporkan membela Bar. Sementara Ben-Gvir mengklaim bahwa Bar bertanggung jawab atas kegagalan keamanan pada 7 Oktober dan menyerang surat Bar.
THE JERUSALEM POST
Pilihan editor: Filipina Desak Pelautnya Hindari Laut Merah di Tengah Serangan Houthi