TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan wanita turun ke jalan-jalan di Bengal Barat, India, sebagai bagian dari protes tengah malam "Reclaim the Night " sebagai tanggapan atas pemerkosaan brutal dan pembunuhan seorang dokter yang sedang bertugas di dalam rumah sakit Kolkata minggu lalu, seperti dilaporkan Times of India.
Hal ini terjadi setelah dua hari protes nasional oleh para dokter menyusul insiden di RG Kar Medical College di ibu kota Benggala Barat. "Aksi duduk dan agitasi di kampus rumah sakit akan terus berlanjut," salah satu dokter yang memprotes, yang diidentifikasi sebagai Dr Mridul, mengatakan kepada Al Jazeera.
Layanan di beberapa pusat kesehatan dihentikan tanpa batas waktu, dan pawai serta aksi unjuk rasa menyoroti masalah kekerasan seksual, serta keselamatan para dokter di negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia ini.
Kabar terbaru menyebutkan beberapa dokter yang mengakses laporan otopsi telah mengindikasikan adanya kemungkinan pemerkosaan beramai-ramai. Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan India Today TV, DR Subarna Goswami menunjukkan bahwa jenis cedera yang dialami oleh dokter magang berusia 31 tahun ini tidak mungkin dilakukan oleh satu orang.
Dia mengatakan bahwa menurut laporan otopsi, ditemukan 151 mg cairan (air mani) dari usapan vagina. "Jumlah itu tidak mungkin berasal dari satu orang. Ini menunjukkan keterlibatan banyak orang," kata Dr Goswami.
Kronologi Kejadian
- Seorang dokter peserta pelatihan pascasarjana tahun kedua menghabiskan malamnya seperti malam-malam lainnya. Dia makan malam dengan para juniornya dan memutuskan untuk beristirahat pada pukul 2 dini hari.
- Karena kurangnya ruang istirahat di rumah sakit, dokter tersebut memutuskan untuk beristirahat di ruang seminar, karena dianggap aman untuk beristirahat.
- Keesokan paginya, tubuhnya ditemukan setengah telanjang di dalam sebuah ruang seminar pada 9 Agustus, setelah ia bertugas pada malam sebelumnya.
- Ayahnya menyatakan keprihatinan yang mendalam, menyatakan bahwa ada indikasi pemerkosaan yang jelas dan rumah sakit menunda-nunda penyelidikan.
Bagaimana hasil otopsi?
- Laporan otopsi awal mengindikasikan bahwa korban diserang secara seksual sebelum dibunuh.
- Otopsi mengesampingkan kemungkinan bunuh diri dan menemukan beberapa luka yang konsisten dengan kematian akibat kekerasan, termasuk patah tulang dan pendarahan dari berbagai bagian tubuh.
- Sumber-sumber mengatakan bahwa hidung dan mulutnya ditutup, dan kepalanya didorong secara paksa ke dinding atau lantai untuk membungkam teriakan minta tolong.
- Kejahatan ini diyakini terjadi antara pukul 3 pagi dan 6 pagi, dengan tanda-tanda pencekikan dan pembekapan.