TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah situasi Bangladesh yang memburuk pasca penggulingan Perdana Menteri Sheikh Hasina, ratusan umat Hindu di negara tersebut memilih melarikan diri. Upaya ini disebabkan karena umat Hindu, yang merupakan kaum minoritas, menjadi sasaran amuk massa.
Rana Das Gupta, ketua organisasi minoritas agama di Bangladesh, mengatakan serangan terhadap umat Hindu telah mengakibatkan sedikitnya dua orang tewas dan lebih dari 100 orang luka-luka.
“Beberapa orang yang rumahnya diserang mungkin terlibat langsung dalam politik Liga Awami, tetapi sebagian besar adalah umat Hindu biasa,” kata Das Gupta. “Oleh karena itu, ini jelas merupakan kekerasan komunal dan terarah.”
Dewan Persatuan Hindu Budha Kristen Bangladesh mencatat ada sekitar 45 dari 64 distrik di negara tersebut telah menjadi sasaran. Banyak rumah, bisnis atau kuil milik komunitas minoritas Hindu dirusak massa pada pekan ini.
Salah satu alasan umat Hindu di Bangladesh menjadi sasaran amukan massa adalah karena situasi politik di negara tersebut. Komunitas umat Hindu Bangladesh dianggap cenderung lebih mendukung Liga Awami yang dipimpin Sheikh Hasina, yang dikenal sebagai partai sekuler, daripada memilih oposisi yang mayoritas terdiri dari partai-partai Islam garis keras. Hal itu kemudian memicu kemarahan di kalangan beberapa warga Bangladesh terhadap komunitas Hindu. Dari sekitar 170 juta penduduk yang mayoritas Muslim, sekitar 8 persen di antaranya adalah umat Hindu.
Gejolak politik di Bangladesh dalam sebulan terakhir dipicu kebijakan Perdana Menteri Hasina yang membuat kebijakan 30 persen kuota CPNS untuk keluarga veteran perang kemerdekaan Bangladesh 1971. Kebijakan itu langsung menuai protes karena dianggap menguntungkan sekutu partai yang berkuasa.
Demonstrasi pun pecah dan berujung kerusuhan. Sedikitnya 60 orang telah tewas dalam kekerasan yang terjadi pada Senin, 5 Agustus 2024. Sementara lebih dari 400 orang telah menjadi korban selama tindakan keras pemerintah. Puncaknya, Hasina akhirnya mengundurkan diri setelah berkuasa selama 20 tahun. Dia lalu berlindung ke India. Namun, kondisi yang kacau di Bangladesh turut mempengaruhi umat Hindu, yang ikut terkena dampak kerusuhan.
Umat Hindu Bangladesh mencoba melarikan diri ke India
Mohammad Rakibul Hasan, seorang pejabat pemerintah daerah di distrik Thakurgaon di Bangladesh barat laut, mengatakan sekitar 700-800 umat Hindu mencoba melarikan diri ke India pada Rabu malam, 7 Agustus 2024, setelah beberapa rumah mereka diserang dan dijarah.
"Mereka kembali ke rumah setelah kami memberikan perlindungan," kata Hasan kepada Reuters. "Pasukan penjaga perbatasan berpatroli di daerah itu. Semuanya baik-baik saja sekarang tanpa ada laporan lebih lanjut tentang kekerasan."
Selain itu, penduduk setempat melaporkan banyak umat Hindu yang tinggal di dekat perbatasan India mencoba melarikan diri, tetapi terhalang upaya kedua negara yang telah meningkatkan patroli perbatasan sejak kekerasan meletus.
Pada Kamis pagi 8 Agustus 2024, sekitar 300 warga Bangladesh berkumpul di titik perbatasan dekat distrik Jalpaiguri di India tetapi kemudian bubar. Media India menunjukkan pasukan perbatasan India berada di sekitar sekelompok orang di sana.
Situasi ini mendapat perhatian internasional, termasuk dari peraih Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus, yang kembali ke Bangladesh untuk memimpin pemerintahan sementara usai Hasina angkat kaki dari Bangladesh. Ia mengatakan serangan terhadap kaum minoritas bisa jadi bagian dari konspirasi. Namun, ia tidak menyebutkan siapa yang berada di balik konspirasi tersebut.
"Tugas kita adalah melindungi mereka semua," katanya saat tiba di Dhaka dari Paris.
"Jika Anda percaya dan yakin kepada saya, mohon pastikan tidak ada seorang pun yang diserang di negara ini. Jika Anda tidak dapat mendengarkan saya mengenai hal ini, saya tidak ada gunanya berada di sini."
Sedangkan para pemimpin komunitas Hindu di Bangladesh mendesak komunitas lain untuk menjaga kaum minoritas agama. Moyna Talukdar dari Dewan Reformasi Hukum Hindu Bangladesh menyerukan kepada masyarakat Bangladesh agar melupakan semua perbedaan dan bersatu di sisi masyarakat yang terdampak serta membangun perlawanan sosial.
RIZKI DEWI AYU | REUTERS | tempo.co
Pilihan editor: AS Tawarkan Hadiah US$10 Juta untuk Tangkap Kelompok Peretas Iran
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini