TEMPO.CO, Jakarta - Pada Kamis, 18 Juli 2024 waktu setempat terjadi gempa bumi berkekuatan 7,3 magnitudo di Cile Utara. Gempa ini menyebabkan dampak pada aspek lainnya.
Cile merupakan salah satu negara yang paling rawan gempa bumi di dunia. Cile terletak di sepanjang “Cincin Api” Pasifik, tempat gempa bumi dan letusan gunung berapi sering terjadi. Gempa bumi di Cile terbaru terjadi pada Kamis, 18 Juli 2024 waktu setempat atau Jumat WIB.
Berdasarkan Antara, menurut data Pusat Seismologi Eropa-Mediterania (EMSC) dalam laporan Sputnik, gempa bumi berkekuatan 7,3 magnitudo terjadi dekat kota pelabuhan Antofagasta di Chile utara. Pusat gempa terletak 27 mil (sekitar 43 kilometer) di sebelah tenggara Desa San Pedro de Atacama, Antofagasta.
Awalnya, gempa bumi tersebut berkekuatan 6,8 magnitudo. Namun, seismolog meningkatkan angka perkiraan tersebut. Seismolog juga mengungkapkan, gempa tersebut terjadi pada kedalaman 128 kilometer.
Sampai berita ini dipublikasikan, kemarin, belum diperoleh laporan mengenai korban jiwa atau kerusakan material yang terjadi akibat gempa bumi. Selain itu, The U.S Tsunami Warning System mengungkapkan, gempa bumi ini juga tidak berpotensi tsunami.
Chilean National Disaster Prevention and Response Service (SENAPRED) mengungkapkan, tidak ada kerusakan langsung dari gempa bumi. Saat ini, pihak SENAPRED sedang memeriksa kemungkinan kerusakan pada orang-orang dan perubahan pada layanan dasar atau infrastruktur akibat dari gempa bumi.
“Saya telah berkomunikasi dengan delegasi regional dan sejauh ini tidak ada laporan kerusakan besar, tetapi tim sedang mengumpulkan informasi,” ucap Presiden Chile, Gabriel Boric dalam akun X pribadinya, seperti diberitakan Reuters, pada 19 Juli 2024.
Tak hanya itu, gempa bumi Chile ini berdampak pada harga litium di Cina yang pulih kembali pada 19 Juli 2024. Meskipun harga litium di Cina menguat, tetapi kekhawatiran akan permintaan membebani logam yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik juga semakin meningkat.
Litium karbonat berjangka November yang paling banyak diperdagangkan di Bursa Berjangka Guangzhou naik 2,9 persen menjadi 89.800 yuan (Rp200 juta) per metrik ton. Angka ini mengalami peningkatan usai mencapai level terendah 7 bulan dengan nominal 86.450 yuan (Rp192 juta) pada sesi sebelumnya.
Peningkatan ini terjadi dampak dari gempa Cile yang menjadi negara pemilik cadangan litium terbesar di dunia sebesar 90 persen, tepatnya di gurun Atacama, dekat pusat gempa. Meskipun meningkat, tetapi gempa bumi tersebut memicu kekhawatiran pasokan karena Cile adalah eksportir utama bahan kimia litium ke Cina.
Di sisi lain, gempa bumi Cile ini tidak berdampak ke wilayah Indonesia. Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, gempa tersebut merupakan jenis gempa menengah yang dipicu aktivitas deformasi Lempeng Nazca dan tersubduksi di bawah Chile atau zona benioff dengan mekanisme pergerakan turun.
BMKG juga mengonfirmasi belum ada laporan dari otoritas negara setempat tentang dampak kerusakan akibat gempa tektonik itu. Namun, berdasarkan hasil pemodelan tsunami dan analisis tim ahli BMKG, gempa Cile tidak menimbulkan tsunami dan tidak berdampak apapun di Indonesia. Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat Indonesia bagian timur dan sekitarnya untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
ANTARA | REUTERS
Pilihan editor: Gempa Lagi dari Laut Sebelah Barat Laut Enggano Malam ini M57