TEMPO.CO, Jakarta - Mujahed Abadi mengatakan belum bisa tidur sejak pasukan Israel menembaknya, memukulinya dan mengikatnya di kap kendaraan militer dua hari yang lalu, yang tampaknya menggunakannya sebagai perisai manusia.
Berbicara kepada Al Jazeera Arabic dari Rumah Sakit Ibnu Sina di Tepi Barat pada Senin, 24 Juni 2024, Abadi mengatakan bahwa pasukan Israel tidak memberikan penjelasan atas "kejahatan" mereka.
Rekaman video dari insiden di Jenin, Tepi Barat bagian utara yang diduduki Israel pada hari Sabtu telah memicu kemarahan internasional dan seruan untuk meminta pertanggungjawaban.
Abadi, 24 tahun, mengatakan bahwa ia keluar dari rumah pamannya di Jenin ketika pasukan Israel melakukan penggerebekan di lingkungan tersebut.
Ia tertembak di lengan dan kakinya dan berlindung di balik sebuah kendaraan di dekatnya. Dia mengatakan setelah hampir dua jam bersembunyi sementara luka-lukanya berdarah, pasukan Israel memaksanya keluar dari tempat persembunyiannya dan mulai melayangkan pukulan dan tendangan ke arahnya, termasuk ke arah luka-luka tembakannya.
"Itu adalah sebuah kejutan besar. Saya berharap saya mati pada saat itu," kata Abadi, seraya menambahkan bahwa meskipun ia jelas-jelas tidak bersenjata, tentara tidak memberinya bantuan medis.
Namun, tentara Israel justru ingin menambah penderitaannya, katanya.
"Dua tentara mengangkat saya dari tangan dan kaki saya dan mengayunkan saya ke depan dan ke belakang untuk melemparkan saya ke kendaraan militer," kata Abadi.
"Mereka melakukannya pertama kali, saya terjatuh ke tanah. Di atas luka-luka saya, mereka menjatuhkan saya. Kali kedua, salah satu dari mereka mengangkat saya dan melemparkan saya ke kendaraan."
Kap kendaraan itu sangat panas dan membuatnya mengalami luka bakar di sekujur punggungnya, katanya kepada Al Jazeera.
Dia mengatakan setelah dibawa berkeliling dengan jip militer, dia akhirnya diturunkan di sebuah rumah dan dipindahkan ke petugas medis Palestina.
"Satu-satunya perhatian mereka adalah menyiksa dan memukuli saya. Mereka melakukan kejahatan terhadap saya, memukuli dan menyiksa saya, kemudian mereka menanyakan nama saya," kata pria Palestina berusia 24 tahun itu.
"Mereka tidak memberikan penjelasan apa pun kepada saya - sama sekali. Sebaliknya, mereka ingin memukuli saya lagi. Mereka tidak memberi tahu saya apa-apa. Yang saya ingat hanyalah mereka tertawa ketika memukuli saya."