TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 dunia pada 20 Juni 2024, diurutan pertama berita tentang Juru Bicara militer Israel Daniel Hagari yang mengakui menghancurkan gerakan perlawanan Palestina, Hamas, sebagai sesuatu yang mustahil. Ucapan Hagari itu langsung ditegur oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Hagari menyebut menumpas Hamas adalah hal yang salah. Siapa pun yang menawarkan solusi ini "menyesatkan publik."
Diurutan kedua top 3 dunia adalah berita ketua kelompok Hizbullah di Lebanon, Hassan Nasrallah, memperingatkan tidak ada wilayah di Israel yang akan terhindar dari roket jika kedua kubu berperang. Ia juga mengancam Siprus jika negara tersebut membuka bandaranya bagi Israel.
Berikut top 3 dunia selengkapnya:
1. Juru Bicara Militer Israel: Hamas Tidak Bisa Dihancurkan
Juru Bicara militer Israel Daniel Hagari menggambarkan tujuan untuk menghancurkan gerakan perlawanan Palestina, Hamas, sebagai sesuatu yang mustahil, sehingga memicu teguran dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
"Hamas adalah sebuah ide. Mereka yang berpikir bahwa Hamas dapat dihilangkan adalah salah," kata Hagari kepada Israel Channel 13, dan menambahkan bahwa siapa pun yang menawarkan solusi ini "menyesatkan publik." Ia menambahkan bahwa jika tidak ada alternatif yang ditemukan oleh pemerintah Israel, Hamas akan tetap berada di Gaza.
Sebagai tanggapan, kantor Netanyahu mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan perang adalah "penghancuran kemampuan militer dan pemerintahan Hamas," dan menambahkan bahwa pasukan pendudukan Israel "berkomitmen" untuk mencapai tujuan tersebut.
Baca selengkapnya di sini
2. Pemimpin Hizbullah Peringatkan Tak Ada Wilayah Israel yang Aman Jika Terjadi Perang
Pemimpin kelompok Hizbullah di Lebanon, Hassan Nasrallah, memperingatkan dalam sebuah pidato pada Rabu, 19 Juni 2024, tidak ada wilayah di Israel yang akan terhindar dari roket jika kedua kubu berperang. Ia juga mengancam Siprus jika negara tersebut membuka bandaranya bagi Israel.
Sekretaris jenderal Hizbullah itu mengatakan Israel “benar-benar takut” gerakan perlawanan akan menembus Galilea di Israel utara. Menurut dia, hal tersebut mungkin terjadi dalam konteks perang yang dilancarkan terhadap Lebanon.
Israel dan Hizbullah, gerakan perlawanan Lebanon yang didukung Iran dan bersekutu dengan Hamas di Palestina, telah saling baku tembak selama delapan bulan terakhir setelah Israel melancarkan serangan militer besar-besaran di Jalur Gaza. Pekan lalu, kelompok tersebut menembakkan roket dan drone dalam serangan terbesar sejauh ini ke lokasi militer Israel, setelah serangan Israel menewaskan komandan paling senior mereka.
Baca selengkapnya di sini
3. Ini 3 Sistem Pertahanan Udara Israel yang Berhasil Dikecoh Drone Hizbullah
Israel membanggakan perisai pertahanan berlapis-lapis saat memblokir serangan drone dan rudal massal Iran ke wilayah Israel, April lalu. Namun awal pekan ini, drone Hizbullah terbukti berhasil mengecohnya dan dengan leluasa menjelajah serta memotret situs-situs sensitif di wilayah Palestina yang diduduki Iserael.
Israel telah mengasah pertahanan udaranya sejak berada di bawah serangan rudal Scud Irak dalam perang Teluk 1991. Di antara pertahanan udara Israel yang disebut-sebut canggih itu adalah sistem Arrow-2 dan Arrow-3 jarak jauh. Sistem ini dikembangkan oleh Israel dengan mempertimbangkan ancaman rudal Iran, dirancang untuk mencegat rudal balistik di luar atmosfer bumi, menggunakan hulu ledak yang dapat dilepas dan bertabrakan dengan target.
Rudal ini beroperasi pada ketinggian yang memungkinkan penyebaran hulu ledak non-konvensional dengan aman.Israel Aerospace Industries milik negara adalah kontraktor utama proyek ini, sementara Boeing membuka tab baru yang terlibat dalam memproduksi pencegat.
Pada 31 Oktober, militer Israel mengatakan bahwa mereka telah menggunakan sistem pertahanan udara Arrow untuk pertama kalinya sejak pecahnya perang dengan Hamas pada 7 Oktober untuk mencegat rudal permukaan-ke-permukaan di Laut Merah yang ditembakkan ke wilayahnya.
Baca selengkapnya di sini
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini