Kekacauan pun terjadi. Para korban panik berlari menyelamatkan diri di tengah-tengah tubuh yang hangus. Seorang pria menggendong seorang anak tanpa kepala dan seorang petugas medis menggendong seorang lainnya dengan otaknya yang pecah.
“Saya keluar dari tenda dan melihat api di mana-mana,” kata Mohammad Abo Sebah, seorang saksi mata.
“Seorang gadis muda berteriak, jadi kami membantunya dan saudara laki-lakinya yang sudah dewasa. Ketika kami kembali, perkemahan itu hancur total.”
Butuh sekitar 11 truk pemadam kebakaran untuk menghentikan api yang berkobar selama satu atau dua jam. Remaja tersebut mengatakan keluarganya berencana untuk pindah ke kamp lain pada Senin pagi karena serangan Israel di Rafah meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Namun mereka kehilangan uang akibat kebakaran tersebut. Ini berarti mereka tidak bisa pergi ke mana pun saat ini dan tidak memiliki tenda untuk berlindung. “Mereka bilang ini adalah zona aman,” kata Abo Sebah. “Pendudukan ini tercela dan kriminal.”
Militer Israel mengatakan mereka menggunakan amunisi tepat dalam serangan itu. Israel mengklaim telah membunuh dua anggota sayap bersenjata Hamas.
Abo Sebah, yang melarikan diri dari Gaza tengah ke perkemahan ini pada bulan Januari, mengatakan dia tidak mempercayai klaim Israel. “Apa lagi yang Anda harapkan dari mereka?” ujarnya.
Pemboman itu menuai kecaman global sejumlah negara Arab termasuk Yordania, Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar.
Josep Borrell, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, menyebutnya sebagai insiden yang mengerikan. “Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Serangan-serangan ini harus segera dihentikan,” katanya di platform media sosial X.
Senada dengan itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia marah dengan serangan tersebut. “Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada wilayah aman di Rafah bagi warga sipil Palestina,” katanya di X.
Serangan terjadi dua hari setelah Mahkamah Internasional memutuskan bahwa Israel harus menghentikan serangannya di Rafah. Israel dituduh melakukan genosida dalam perang di Gaza. Israel menolak keputusan tersebut dan mengatakan serangannya di Gaza sejalan dengan hukum internasional.
MME | AL JAZEERA