TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Cina Li Qiang memastikan hubungan baik negaranya dengan Jepang dan Korea Selatan tidak akan berubah, setelah merampungkan konferensi tingkat tinggi (KTT) trilateral bersama Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Seoul pada Senin, 27 Mei 2024. Ia mengatakan pertemuan puncak tersebut merupakan “permulaan baru” dalam hubungan ketiga negara yang sempat terhambat ketegangan bilateral.
Li, Kishida dan Yoon bertemu di KTT itu dengan agenda utama merevitalisasi negosiasi perjanjian perdagangan bebas tiga pihak. Saat KTT dibuka, Li mengatakan perundingan tersebut merupakan “sebuah permulaan dan awal yang baru”. Perdana menteri Li menyerukan dimulainya kembali kerja sama yang komprehensif antara para kekuatan ekonomi di Asia Timur tersebut. Namun agar hal itu terwujud, politik harus dipisahkan dari masalah ekonomi dan perdagangan, kata Li, sambil menyerukan akhir dari proteksionisme dan pemisahan rantai pasokan.
“Bagi Cina, Korea Selatan, dan Jepang, hubungan dekat kami tidak akan berubah, semangat kerja sama yang dicapai melalui respons krisis tidak akan berubah, dan misi kami untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional tidak akan berubah,” katanya, seperti dikutip Reuters.
KTT trilateral ini menandai pertemuan puncak pertama antara ketiga negara Asia tersebut sejak Desember 2019. Ketiganya telah sepakat untuk menggelar pertemuan puncak setiap tahun mulai 2008 guna meningkatkan kerja sama regional, namun perselisihan bilateral dan pandemi COVID-19 telah menghambat upaya tersebut.
Pertemuan itu sendiri dipandang sebagai tanda kemajuan dalam hubungan antara ketiga negara, ketika Cina dan Korea Selatan serta Jepang saling menaruh rasa tidak percaya di Tengah persaingan Cina dengan Amerika Serikat. Yoon dan Kishida telah menjalin hubungan erat dengan Washington, memulai kerja sama tiga arah salah satunya dalam bidang militer. Selain itu, ketegangan hubungan juga disebabkan oleh program nuklir Korea Utara dan isu kedaulatan Taiwan yang wilayahnya diklaim oleh Cina.
Perihal Korea Utara, Yoon dan Kishida meminta Pyongyang untuk tidak melanjutkan rencana peluncuran roket yang membawa satelit luar angkasa, yang menurut mereka menggunakan teknologi rudal balistik yang dilarang oleh resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sementara itu, Cina sebagai satu-satunya sekutu militer Korea Utara telah menyerukan agar sanksi PBB terhadap Pyongyang dilonggarkan. Li menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan mencegah komplikasi lebih lanjut dari situasi di Semenanjung Korea.
Hubungan perdagangan antara Cina, Korea Selatan dan Jepang telah berkembang selama dekade terakhir menjadi semakin kompetitif. Hubungan tersebut semakin diuji dengan seruan AS kepada sekutu-sekutunya untuk mengalihkan rantai pasokan produk-produk utama mereka, seperti semikonduktor, dari Cina. Yoon mengatakan selepas KTT trilateral bahwa para pemimpin sepakat untuk membangun lingkungan perdagangan dan rantai pasokan yang transparan dan dapat diprediksi.
REUTERS
Pilihan editor: Dua Sekutu Utama AS di Asia, Korea Selatan dan Jepang Gelar Pertemuan dengan Cina
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini