3. Ditemukan oleh James Cook
Kaledonia Baru ditemukan penjelajah James Cook pada 4 September 1774 saat melakukan perjalanan keduanya di kawasan Pasifik. James Cook menamakan wilayah ini Kaledonia Baru karena teringat tanah kelahirannya, Skotlandia.
Belakangan, pedagang cendana dan pemburu paus dari Inggris dan Amerika Utara datang ke Kaledonia Baru. Kontak dengan penduduk Eropa membuat penduduk asli terkena banyak penyakit baru seperti campak, cacar, influenza, disentri, sifilis dan bahkan kusta. Permusuhan muncul antara orang Eropa dan penduduk asli yang mengakibatkan banyak bentrokan, bahkan ada yang berakhir dengan kematian.
Setelah permintaan kayu cendana menurun, memperbudak penduduk asli menjadi perdagangan berikutnya. Para budak ditugaskan untuk bekerja di ladang tebu di Queensland, Australia, dan juga Fiji. Era perbudakan ini berhenti pada awal abad ke-20.
Kepulauan Kaledonia Baru menjadi koloni Perancis pada 1853 dan menjadi koloni hukuman Perancis pada 1864 hingga 1904.
4. Banyak Dihuni Orang Jawa
Kaledonia Baru adalah wilayah multietnis. Selain dihuni penduduk asli setempat yaitu Melanesia, wilayah ini juga didiami penduduk Eropa hingga etnis Jawa.
Dilansir dari Antara, kedatangan orang Jawa pertama ke Kaledonia Baru dimulai pada 16 Februari 1896. Saat itu Prancis meminta pemerintah kolonial Belanda untuk mendatangkan pekerja kontrak dari Pulau Jawa untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, peternakan dan pertambangan nikel di wilayah Prancis di Pasifik, tepatnya di sebelah timur Benua Australia.
Saat ini masih ada sekitar 4.000 orang di Kaledonia Baru yang mengaku sebagai keturunan Jawa. Sebagian besar dari mereka masih berbahasa Jawa dan selebihnya berbahasa Prancis.
Kedatangan orang Jawa secara bertahap membentuk komunitas Indonesia yang kuat di Kaledonia Baru, meski awalnya menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan budaya dan lingkungan baru. Mereka berhasil memberikan kontribusi positif bagi pembangunan negara di Kaledonia Baru.