TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Senin, 29 April 2024, mendesak Hamas untuk segera menerima proposal Israel yang terbaru dan “sangat murah hati” untuk melakukan gencatan senjata di Gaza guna menjamin pembebasan sandera, di tengah upaya diplomatik untuk mengakhiri perang antara Israel dan Hamas.
Para perunding Hamas diperkirakan akan bertemu dengan mediator Qatar dan Mesir di Kairo pada Senin untuk menyampaikan tanggapan terhadap proposal gencatan senjata bertahap yang diajukan Israel pada akhir pekan, menjelang ancaman serangan Israel di kota perbatasan selatan Rafah.
“Satu-satunya hal yang menghalangi rakyat Gaza dan gencatan senjata adalah Hamas. Mereka harus mengambil keputusan dan harus mengambil keputusan dengan cepat,” kata Blinken pada pertemuan khusus Forum Ekonomi Dunia yang diadakan di ibu kota Saudi, Riyadh.
“Saya berharap mereka akan membuat keputusan yang tepat.”
Sebuah sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan bahwa usulan Israel mencakup kesepakatan untuk menerima pembebasan kurang dari 40 dari sekitar 130 sandera yang diyakini masih ditahan sebagai imbalan atas pembebasan warga Palestina yang dipenjara di Israel, dan gencatan senjata tahap kedua yang terdiri dari " periode ketenangan berkelanjutan" - respons kompromi Israel terhadap tuntutan Hamas untuk gencatan senjata permanen.
Blinken tiba di Arab Saudi pada Senin, perhentian pertama dalam serangkaian perjalanan pemecahan masalah ke Timur Tengah sejak perang Gaza meletus pada Oktober, sehingga mengganggu stabilitas wilayah yang lebih luas.
Blinken menegaskan kembali bahwa AS tidak dapat mendukung serangan darat Israel di Rafah – di mana Israel mengatakan empat batalyon terakhir Hamas yang masih utuh bersembunyi – “karena tidak adanya rencana (Israel) untuk memastikan bahwa warga sipil tidak akan dirugikan”.
Dia mengatakan AS dan Arab Saudi telah melakukan “kerja sama yang intens” selama beberapa bulan terakhir menuju perjanjian normalisasi antara kerajaan dan Israel, sebuah perjanjian yang mencakup Washington memberikan perjanjian kepada Riyadh mengenai komitmen pertahanan dan keamanan bilateral serta kerja sama nuklir.
Para diplomat mengatakan pecahnya perang Gaza menggagalkan kemajuan menuju normalisasi hubungan Arab Saudi dan Israel.
Komponen perjanjian AS dan Saudi “berpotensi hampir selesai,” kata Blinken. “Untuk melanjutkan normalisasi, dibutuhkan dua hal: ketenangan di Gaza dan jalur yang kredibel menuju negara Palestina.”
Sebagai imbalan atas normalisasi tersebut, negara-negara Arab juga mendorong Israel untuk menerima jalur menuju negara Palestina di atas tanah yang mereka rebut dalam perang Timur Tengah tahun 1967, sesuatu yang telah berulang kali ditolak oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.