Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Rabu, 24 April 2024, mengutarakan kegembiraan karena Kongres Amerika Serikat meloloskan paket bantuan asing, di mana Taiwan masuk dalam daftar pihak yang berhak mendapat bantuan militer. Paket bantuan ini dikucurkan saat Beijing mendesak Washington agar berhenti menjual senjata-senjata ke Taipe.
Amerika Serikat adalah pendukung Taiwan paling penting di level internasional yang sampai mensuplai senjata ke sana padahal tidak ada hubungan diplomatik. Sedangkan Cina memandang Taiwan sebagai teritorial yang tidak terpisahkan dari Negeri Tirai Bambu tersebut dan berulang kali meneriakkan agar berhenti menjual senjata ke Taiwan.
Pada Sabtu, 21 April 2024, Senat Amerika Serikat meloloskan RUU yang disorongkan DPR Amerika Serikat yang akan mengucurkan bantuan militer total senilai USD95 miliar (Rp1.535 triliun) untuk Ukraina, Israel, Taiwan serta mitra-mitra Negeri Abang Sam di indo-pasifik.
“Kami gembira sekali Senat meloloskan RUU ini,” kata Tsai.
Sedangkan Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng mengatakan bantuan dari Amerika Serikat itu akan dialokasikan untuk latihan militer atau ‘membeli’ peralatan militer, yang penggunaannya akan didiskusikan dengan Amerika Serikat.
“Amerika Serikat telah mengutarakan niat baiknya, dan ini perlu dinegosiasikan dengan kami,” kata Chiu.
Taiwan memiliki pemerintahan sendiri, dan Beijing menolak mengakui kedaulatan Kepulauan Taiwan. Cina mengatakan urusannya dengan Taipe murni persoalan internal sehingga sangat sensitif ketika urusan ini direcoki Amerika Serikat. Departemen urusan Taiwan di Beijing mengutarakan kemarahan dengan lolosnya RUU ini, di mana Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pihaknya akan mengesahkan RUU ini menjadi undang-undang pada Rabu, 24 April 2024 waktu setempat.
“RUU ini mengirimkan sinyal yang salah pada pasukan separatis Taiwan yang menuntut kemerdekaan dari Cina. Kami menentang hal ini. Kami mendesak Amerika Serikat agar mengambil langkah nyata dengan tidak mendukung kemerdekaan Taiwan dan berhenti mempersenjatai Taiwan apapun itu,” kata Zhu Fenglian Juru bicara Departemen urusan Taiwan di Beijing.
Kementerian Luar Negeri Cina berpandangan memperkuat militer antara Amerika Serikat dan Taiwan tidak akan menciptakan keamanan di Kepulauan Taiwan. Sebaliknya, ini hanya akan meningkatkan ketegangan, risiko konflik dan konfrontasi di Selat Taiwan.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Rusia Siap Kerja Sama dengan Pemerintah Indonesia yang Baru
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini