Korupsi Jadi Masalah Besar
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan istrinya Kim Keon Hee berjalan saat upacara di Amsterdam, Belanda 12 Desember 2023. REUTERS/Piroschka van de Wouw/File Foto
Yoon berada di bawah tekanan atas apa yang disebut “skandal tas Dior” setelah rekaman muncul pada November lalu yang menunjukkan istrinya, Kim Keon Hee menerima tas tangan desainer seharga US$2.200.
Yoon menganggap video tersebut sebagai “skema politik”. Namun, pemberian semacam itu melanggar hukum Korea Selatan yang melarang pejabat publik dan pasangannya menerima hadiah yang bernilai lebih dari US$750.
Istrinya juga menjadi perhatian publik setelah Mahkamah Agung Korea Selatan pada November lalu menetapkan hukuman satu tahun penjara terhadap orang tuanya. Ibu mertua presiden didakwa memalsukan dokumen keuangan yang digunakan dalam perjanjian pembelian tanah.
Yoon juga menghadapi kecaman atas keputusannya menunjuk mantan menteri pertahanan Lee Jong-sup sebagai duta besar negaranya untuk Australia saat ia sedang diselidiki atas tuduhan korupsi. Lee mengundurkan diri pada 29 Maret kurang dari sebulan setelah terjadi protes, tidak hanya di kalangan oposisi tetapi juga di dalam PPP.
Partai Demokrat juga mempunyai perjuangan tersendiri dalam memberantas korupsi. Pemimpin Lee menghadapi persidangan atas tuduhan termasuk penyuapan.
Cho juga punya skandal.
Sebagai bintang politik yang sedang naik daun pada masa pemerintahan pendahulu Yoon dari Partai Demokrat, Moon Jae-in, ia menghadapi serangkaian skandal yang merusak citra reformisnya dan secara tajam memecah belah bangsa.
Pada Februari, pengadilan menjatuhkan hukuman dua tahun penjara kepadanya karena memalsukan dokumen untuk penerimaan universitas anak-anaknya, dan dia mengajukan banding terakhir.
Korea Utara
Terlepas dari semua uji coba senjata dan langkah-langkah untuk mengakhiri segala bentuk kerja sama dengan Korea Selatan, sebagian besar pemilih sudah terbiasa dengan keributan dari seberang perbatasan.
“Perasaan masyarakat luas terhadap Korea Utara adalah rasa kasihan, bukan ketakutan,” kata konsultan politik Bae Kang-hun, sambil mencatat bahwa perekonomian Korea Selatan sekitar 40 kali lebih besar dibandingkan Korea Utara.
Meskipun ada kesenjangan politik yang mencolok antara kelompok konservatif dan liberal, para ahli mengatakan antara 30 dan 40 persen pemilih masih ragu-ragu.
Sekalipun kaum konservatif dan liberal sering bertengkar soal isu-isu politik, hal itu tidak akan banyak mempengaruhi hasil pemilu, kata Choi Jin, direktur Institut Kepemimpinan Kepresidenan yang berbasis di Seoul kepada kantor berita Associated Press. “Nasib pemilu ditentukan oleh kelompok moderat yang secara diam-diam memantau masalah penghidupan dan memutuskan siapa yang akan mereka pilih.”
Pilihan Editor: Oposisi Korea Selatan Diprediksi Menang dalam Pemilu Legislatif, Jadi Ganjalan untuk Presiden Yoon
AL JAZEERA