TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyuarakan keprihatinannya atas laporan media yang mengatakan militer Israel menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengidentifikasi target serangan di Gaza. Keprihatinan itu disampaikan saat konferensi pers di New York, Amerika Serikat pada Jumat, 5 April 2024, menjelang enam bulan perang Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023.
Serangan Israel telah menewaskan 33.091 orang dan membuat lebih dari 75.750 orang lainnya luka-luka di Gaza. Badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan operasi militer yang terus berlanjut telah mengakibatkan lebih banyak korban sipil, pengungsian dan penghancuran infrastruktur sipil.
Lebih dari separuh populasi Gaza – yaitu lebih dari satu juta orang – menghadapi bencana kelaparan, kata Guterres, dan anak-anak di Gaza saat ini sekarat karena kekurangan makanan dan air. “Hal ini tidak dapat dipahami dan sepenuhnya dapat dihindari. Tidak ada yang bisa membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina,” ujarnya.
Guterres melanjutkan, pihaknya prihatin dengan laporan kampanye pengeboman militer Israel menggunakan AI sebagai alat dalam mengidentifikasi sasaran, khususnya di daerah pemukiman padat penduduk, sehingga mengakibatkan tingginya korban sipil.”
Laporan tersebut diterbitkan oleh +972 Magazine dan Local Call pada Rabu, 3 April 2024. Kedua media tersebut merilis temuan hasil investigasi tentang program berbasis AI yang dijuluki sebagai “Lavender”.
Mengutip sumber enam perwira intelijen Israel yang pernah bertugas selama perang di Gaza, mereka mengatakan militer Israel telah mengembangkan program “Lavender” dan menggunakannya untuk mengidentifikasi target pengeboman.
Sistem “Lavender” dirancang untuk menandai semua tersangka anggota sayap militer Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ) sebagai kemungkinan target pengeboman, kata laporan tersebut.
Sumber intelijen Israel mengatakan kepada +972 Magazine dan Local Call bahwa selama beberapa pekan pertama perang tentara Israel hampir sepenuhnya bergantung pada “Lavender”, yang menandai 37 ribu warga Palestina beserta rumah mereka sebagai target serangan udara.
“Tidak ada bagian dari keputusan hidup dan mati yang berdampak pada seluruh keluarga seharusnya didelegasikan ke perhitungan algoritma yang dingin. Saya telah memperingatkan selama bertahun-tahun tentang bahaya penggunaan AI sebagai senjata dan mengurangi peran penting lembaga manusia,” kata Sekjen PBB.
Ia mengimbau AI harus digunakan sebagai kekuatan yang membawa manfaat bagi dunia, dan tidak “berkontribusi dalam mengobarkan perang di tingkat industri, sehingga mengaburkan akuntabilitas”.
Pilihan editor: Biden Ancam Netanyahu: Lindungi Warga Sipil Gaza atau AS akan Ubah Kebijakannya