4. Mengizinkan Perempuan Menyetir Mobil
Pada Juni 2018, Arab Saudi mencabut larangan mengemudi bagi perempuan yang sudah berlangsung selama puluhan tahun – satu-satunya larangan di dunia yang membuat perempuan bergantung pada laki-laki untuk melakukan mobilitas.
Sejak tahun 2018, ribuan perempuan telah menjadi pengemudi, dan beberapa diantaranya menjadi mekanik dan supir taksi.
Euforia yang tercipta akibat tindakan tersebut terhambat oleh tindakan keras terhadap banyak aktivis perempuan yang sebelumnya berkampanye untuk mencabut larangan tersebut.
5. Mengizinkan Perempuan Bepergian tanpa “Wali” Laki-laki
Pada 2019, perempuan Saudi yang berusia 21 tahun atau lebih diperbolehkan mengajukan paspor dan bepergian ke luar negeri tanpa terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari “wali” laki-laki – suami, ayah, atau kerabat laki-laki lainnya.
Langkah ini menandai pelonggaran sistem perwalian yang kontroversial, di mana laki-laki menjalankan otoritas hampir total atas perempuan.
6. Menyambut Wisatawan
Dalam upaya untuk mengurangi ketergantungan pada pendapatan minyak dan mendiversifikasi perekonomian, Arab Saudi pada September 2019 mulai membuka diri terhadap pariwisata – yang disebut “minyak putih” – untuk pertama kalinya.
Hingga saat itu, Arab Saudi hanya mengeluarkan visa bagi peziarah Muslim, pekerja asing, atau, mulai 2018, bagi orang-orang yang menghadiri acara olahraga dan kebudayaan
Pangeran MbS setahun sebelumnya telah mengumumkan proyek pariwisata besar-besaran untuk mengubah 50 pulau dan serangkaian situs di Laut Merah menjadi resor mewah.
Namun wisatawan yang melanggar peraturan negara mengenai pakaian sopan akan dikenakan denda yang besar.
7. Memperbolehkan Perbauran Gender
Sejak lama dilarang, pria dan wanita dalam beberapa tahun terakhir diizinkan berbaur di depan umum.
Perempuan diizinkan memasuki stadion sepak bola untuk menonton pertandingan untuk pertama kalinya pada 2018 dan sekarang juga dapat menghadiri konser bersama laki-laki.
Mereka juga tidak perlu lagi takut dengan penjaga moralitas masyarakat yang memegang tongkat untuk mandi bersama di beberapa pantai, dan aturan penggunaan jubah abaya telah dilonggarkan.
Perempuan, yang sebelumnya hanya memiliki sedikit karier, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan, kini juga bekerja sama dengan laki-laki.
Jutaan perempuan telah memasuki pasar kerja sejak 2016, antara lain menjadi bankir, penjual sepatu, pemilik bisnis, petugas perbatasan, dan profesi lainnya.
NDTV | REUTERS | NEW ARAB
Pilihan Editor: Jepang Waspadai Lonjakan Kasus Radang Tenggorokan, Berpotensi Pandemi?