Serangkaian “Serangan Sistematis”
Jaringan Media Al Jazeera menuntut pembebasan segera al-Ghoul dan jurnalis lain yang ditahan bersamanya, katanya dalam sebuah pernyataan.
Jaringan yang berbasis di Qatar mengatakan mereka menganggap tentara Israel “bertanggung jawab penuh atas keselamatan mereka”.
“Jaringan tersebut menekankan bahwa penargetan ini berfungsi sebagai taktik intimidasi terhadap jurnalis untuk menghalangi mereka melaporkan kejahatan mengerikan yang dilakukan oleh pasukan pendudukan terhadap warga sipil tak berdosa di Gaza,” bunyi pernyataan tersebut.
Mereka bahwa “penargetan” al-Ghoul adalah bagian dari serangkaian “serangan sistematis terhadap Al Jazeera”, termasuk pembunuhan jurnalis veteran Al Jazeera Shireen Abu Akleh, Samer Abu Daqqa dan Hamza Dahdouh, serta pengeboman terhadap kantornya di Gaza.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Institut Pers Internasional (IPI) juga mengutuk penangkapan al-Ghoul.
“Jurnalis memainkan peran penting dalam perang. Mereka adalah mata dan telinga yang kita perlukan untuk mendokumentasikan apa yang terjadi, dan dengan setiap jurnalis terbunuh, setiap jurnalis ditangkap, kemampuan kita untuk memahami apa yang terjadi di Gaza berkurang secara signifikan,” Jodie Ginsberg, CEO CPJ, mengatakan kepada Al Jazeera.
“Ini adalah konflik terburuk bagi jurnalis yang pernah didokumentasikan oleh Komite Perlindungan Jurnalis, dan situasinya semakin buruk.”
Scott Griffen, wakil direktur IPI, mengatakan organisasi tersebut “sangat khawatir” dengan penangkapan al-Ghoul.
“We are calling for his immediate release and precise information about his wellbeing at this moment,” Griffen told Al Jazeera.
“Kami menyerukan pembebasannya segera dan informasi yang tepat tentang kesejahteraannya saat ini,” kata Griffen kepada Al Jazeera.
Penahanan Al-Ghoul, katanya, “menunjukkan risiko yang dihadapi semua jurnalis” di Gaza setelah Israel membunuh “banyak” jurnalis selama perang tanpa “pertanggungjawaban”.
“Hal ini tidak hanya mengancam nyawa para jurnalis yang berada di lapangan untuk menyampaikan berita, namun juga menghalangi khalayak di seluruh dunia untuk mengakses kebenaran,” kata Griffen.
Hingga Senin, setidaknya 95 jurnalis dan pekerja media – sebagian besar dari mereka adalah warga Palestina – telah terbunuh sejak perang dimulai pada 7 Oktober, menurut CPJ.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Isaac Herzog: Tak Ada Kemenangan di Perang Gaza Tanpa Kembalinya Sandera