TEMPO.CO, Jakarta - Kepala sebuah kelompok pemantau pemilu independen yang dicap Rusia sebagai "agen asing" mengatakan bahwa pemilihan presiden yang dimulai pada Jumat, 15 Maret 2024, dan secara luas diperkirakan akan memilih kembali Vladimir Putin adalah yang paling tidak transparan yang pernah ada di negara ini.
Stanislav Andreichuk, salah satu ketua Golos (Voice), mengatakan penggunaan pemungutan suara elektronik untuk pertama kalinya dalam pemilihan presiden, dan fakta bahwa pemungutan suara dilakukan selama tiga hari, keduanya membuat prosesnya menjadi lebih buram.
"Ini adalah pemilu yang paling tertutup dan paling rahasia dalam sejarah Rusia," kata Andreichuk kepada Reuters dalam sebuah wawancara telepon, merujuk pada 33 tahun sejak bubarnya Uni Soviet.
Kremlin mengatakan bahwa pemilu yang dimulai pada hari Jumat ini merupakan proses demokrasi yang benar dan memperkirakan bahwa Putin akan menang dengan dukungan rakyat yang besar. Otoritas pemilu Rusia mengatakan bahwa pemilu ini akan diawasi oleh 706 pengamat asing dan sepertiga dari sejuta pengamat Rusia yang dinominasikan oleh para kandidat, partai politik, dan organisasi sosial.
Andreichuk mengatakan tingginya jumlah pemilih pada hari pertama pemilu mencerminkan tekanan yang dilakukan para manajer di tempat kerja untuk memastikan mereka memilih.
“Orang-orang berangkat dan memberikan suaranya di pagi hari karena atasan mereka yang membuat keputusan. Sangat mudah untuk memantau mereka karena ini adalah hari kerja,” katanya.
Reuters telah meminta komentar dari komisi pemilihan mengenai apakah pekerja berada di bawah instruksi atasan untuk memilih.
Enam sumber mengatakan kepada Reuters menjelang pemilu bahwa para manajer perusahaan dan organisasi negara memberikan tekanan pada staf untuk memilih. Empat dari mereka mengatakan masyarakat telah diinstruksikan untuk memberikan bukti pemberian suara mereka.
“Di pabrik kami, semua orang disuruh memilih pada 15 Maret dan mengirimkan foto selfie ke bos,” kata salah satu karyawan di sebuah perusahaan milik negara.
Jumlah pemilih yang tinggi penting bagi Kremlin karena Putin, yang sudah dua tahun berperang di Ukraina, berupaya menunjukkan bahwa negaranya mendukungnya.
Pendukung politisi oposisi Alexei Navalny, yang meninggal di koloni hukuman Arktik bulan lalu, telah mendesak masyarakat untuk melakukan protes dengan memberikan suara secara massal pada hari Minggu siang.
Data resmi menunjukkan jumlah pemilih pada Jumat lebih dari 33% di seluruh negeri tetapi lebih tinggi dari 60% di beberapa bagian Siberia dan Timur Jauh. Angka tersebut hanya di bawah 70% di Donetsk dan Kherson, dua wilayah Ukraina yang diduduki Rusia. Pemerintah di Kyiv menyebut pemungutan suara di sana ilegal dan tidak sah.