TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden secara pribadi telah mencap pemimpin Israel Benjamin Netanyahu sebagai “orang jahat” ketika perang Gaza berkecamuk. Apalagi, dukungan Biden terhadap Israel dan Netanyahu berdampak negatif terhadap popularitas presiden di kalangan pemilih muda, kata sumber-sumber terpercaya dalam sebuah laporan baru.
Biden semakin curiga terhadap perdana menteri Israel ketika konflik mendekati bulan keempat, dan memaki Netanyahu. Ia mengatakan bahwa PM Israel terlalu bersemangat untuk menyeret AS ke dalam perang habis-habisan melawan Hamas yang didukung Iran di Timur Tengah, kata sumber yang telah berbicara dengan presiden kepada Politico.
Baca Juga:
Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih Andrew Bates mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Biden tidak pernah membuat pernyataan seperti itu dan bahwa presiden dan Netanyahu menikmati “hubungan selama puluhan tahun yang saling menghormati di depan umum dan secara pribadi.”
Terlepas dari tanggapan Gedung Putih, kedua pemimpin tersebut telah berulang kali berselisih paham mengenai perang tersebut, dengan ketegangan mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada bulan Desember ketika Biden diduga menutup telepon dari Netanyahu selama percakapan telepon yang memanas.
Biden dan Netanyahu telah berselisih mengenai perlunya membatasi korban sipil di Gaza, dengan jumlah korban tewas melebihi 27.000 pada Minggu, menurut Kementerian Kesehatan. Kedua pihak juga tidak sepakat mengenai seperti apa wilayah kantong Palestina setelah pertempuran berakhir.
Meski begitu, Biden tetap vokal mengenai dukungan Amerika terhadap Israel meskipun ada proyeksi bahwa perang kemungkinan akan terus berlanjut sepanjang 2024 dan mengecewakan basis Demokratnya.
Jajak pendapat terbaru New York Times-Siena menunjukkan bahwa Biden kalah bersaing dengan Donald Trump di kalangan pemilih muda, dengan 49% pemilih terdaftar berusia antara 18 dan 29 tahun memilih calon dari Partai Republik, sedangkan 43% memilih presiden petahana dari Partai Demokrat sebelum pemilu presiden pada November.
Secara keseluruhan, jajak pendapat tersebut memperlihatkan 46% pemilih memilih Trump dan 44% memilih Biden jika mereka ingin memilih kandidat pada hari ini.
Banyak pengamat politik berspekulasi bahwa perang di Gaza adalah alasan utama Biden tertinggal dari Trump.
“Ini adalah bencana secara politik,” kata seorang anggota DPR dari Partai Demokrat kepada Politico tentang konflik tersebut, yang dimulai pada serangan 7 Oktober ketika Hamas menyerang Israel. “Para pemilih Demokrat benar-benar marah – dan ini bukan hanya terjadi di kalangan sayap kiri. Saya belum pernah melihat kemarahan seperti terkait masalah Gaza ini.”
Politisi Partai Demokrat tersebut mengklaim bahwa Netanyahu adalah sosok yang “beracun” bagi banyak pemilih Partai Demokrat, dan sumber tersebut mendesak Biden untuk mendorong Israel agar menerima kesepakatan gencatan senjata karena perang yang berkepanjangan di Gaza dapat menyebabkan Biden kehilangan ribuan suara pada November mendatang.
Perdana Menteri Israel telah menampik komentar-komentar tersebut dan setidaknya secara terbuka terus mendukung Biden atas kritik dari partai sayap kanan Israel.
Pada Minggu, Netanyahu membalas klaim Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir bahwa Israel akan lebih baik jika Trump masih menjadi presiden.
“Kami sangat menghargai dukungan yang kami terima dari pemerintahan Biden sejak pecahnya perang,” kata Netanyahu dalam rapat kabinet di Tel Aviv, menurut Times of Israel.
“Bukan berarti kita tidak ada perbedaan pendapat, tapi sejauh ini kita berhasil mengatasinya dengan keputusan yang tegas dan penuh pertimbangan,” imbuhnya.
Pilihan Editor: Biden Desak Kongres AS Loloskan Anggaran untuk Militer Israel Sebesar US$14,1 miliar
THE NEW YORK POST | TIMES OF ISRAEL