TEMPO.CO, Jakarta - Rakyat Finlandia pergi ke tempat pemungutan suara pada Minggu 28 Januari 2024 untuk memilih presiden baru. Sebuah jabatan yang semakin penting menyusul meningkatnya ketegangan dengan negara tetangganya, Rusia, sejak invasi Ukraina.
Meskipun kekuasaan presiden terbatas, kepala negara – yang juga bertindak sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata Finlandia – membantu mengarahkan kebijakan luar negeri bekerja sama dengan pemerintah. Ini berarti perubahan lanskap geopolitik di Eropa akan menjadi perhatian utama bagi pemenang.
Dua politisi terkemuka memimpin sembilan kandidat: mantan perdana menteri konservatif Alexander Stubb, dan mantan menteri luar negeri Pekka Haavisto dari Partai Hijau yang mencalonkan diri sebagai calon independen.
Tepat di belakang kandidat terdepan adalah kandidat sayap kanan dari Partai Finlandia, Jussi Halla-aho, yang diyakini para ahli juga bisa lolos ke putaran kedua.
Pemungutan suara dibuka pada pukul 9 pagi waktu setempat dan ditutup pada pukul 8 malam.
Hubungan antara Moskow dan Helsinki memburuk setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, yang mendorong Finlandia untuk menghentikan ketidaksejajaran militer selama beberapa dekade dan bergabung dengan NATO pada April 2023.
Rusia, yang berbatasan dengan Finlandia sepanjang 1.340 kilometer, dengan cepat memperingatkan mengenai “tindakan penanggulangan”.
INDEPENDEN DAN SEKUTU
Beberapa bulan kemudian, pada Agustus 2023, Finlandia menyaksikan masuknya migran yang masuk melalui perbatasan timurnya tanpa visa.
Helsinki mengklaim Moskow mendorong para migran dalam serangan hibrida untuk mengacaukan stabilitasnya, dan Finlandia menutup perbatasan timurnya pada November.
“Sekarang kita berada dalam situasi di mana Rusia dan khususnya Vladimir Putin menggunakan manusia sebagai senjata,” kata Stubb pada Kamis malam dalam debat terakhir yang disiarkan televisi.
“Ini masalah migran, tindakan yang kejam dan sinis. Dan dalam hal ini kita harus mengutamakan keamanan Finlandia,” tambahnya.
Saingan utamanya, Haavisto, menekankan bahwa Finlandia harus "mengirimkan pesan yang sangat jelas kepada Rusia bahwa hal ini tidak dapat dibiarkan terus-menerus".
Pada periode pasca-Perang Dingin, Helsinki memelihara hubungan baik dengan Moskow.
Presiden petahana Sauli Niinisto – yang mengundurkan diri setelah menjalani dua masa jabatan enam tahun – pernah membanggakan dirinya atas kedekatannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sebelum menjadi salah satu pengkritiknya yang paling tajam.