TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menyatakan tidak akan membiarkan berdirinya negara Palestina, meskipun dua hari sebelumnya ketika bicara dengan Presiden AS Joe Biden, ia tidak mengesampingkan kemerdekaan tetangganya itu.
Dalam percakapan telepon dengan Netanyahu pada Jumat, 19 Januari 2024, Biden menyerukan agar perang melawan Hamas berakhir dan merintis upaya menuju solusi dua negara di akhir pertarungan. PM Israel itu, seperti dikutip CNN, mengatakan kepada Biden bahwa dirinya tidak mengesampingkan solusi dua negara.
Namun dalam pesan videonya hari Minggu, 21 Januari 2024, seperti dikutip Times of Israel, Netanyahu menegaskan kembali tekadnya untuk tidak membiarkan terbentuknya negara Palestina yang sepenuhnya termiliterisasi.
“Saya tidak akan berkompromi mengenai kendali penuh keamanan Israel atas seluruh wilayah di sebelah barat [Sungai] Yordania,” katanya, menggemakan komentarnya baru-baru ini. Sebelah barat sungai Yordania menunjuk lokasi Israel dan Tepi barat Palestina
“Selama saya menjadi perdana menteri, saya akan terus berpegang teguh pada hal ini,” katanya, dan menyombongkan diri bahwa ia telah bertahan dari tekanan internasional dan dalam negeri selama bertahun-tahun untuk bergerak menuju solusi dua negara.
Netanyahu telah membuat pernyataan serupa selama seminggu terakhir, meskipun ia tampaknya berhati-hati untuk secara terang-terangan menolak segala bentuk negara Palestina.
Berbicara setelah sebuah laporan pada hari Rabu yang mengatakan bahwa pemerintahan Biden mengabaikan Netanyahu untuk memajukan solusi dua negara – dan beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Israel tidak dapat mencapai “keamanan sejati” tanpa jalan menuju negara Palestina – Netanyahu mengatakan Israel harus mempertahankan “kontrol keamanan” atas seluruh wilayah di sebelah barat Sungai Yordan dalam pengaturan apa pun di masa depan.
Setelah berbicara dengan Netanyahu pada hari Jumat, Biden menyatakan harapan bahwa solusi dua negara dapat dicapai bahkan dengan Netanyahu menjabat jika negara tersebut mengalami demiliterisasi. Laporan CNN keesokan harinya menunjukkan bahwa Netanyahu mengatakan kepada Biden bahwa dia tidak sepenuhnya mengesampingkan negara Palestina.
Netanyahu membatahnya, dan menulis di Twitter pada Sabtu malam bahwa “Saya tidak akan berkompromi dengan kontrol keamanan penuh Israel atas seluruh wilayah di sebelah barat Sungai Yordan – dan ini bertentangan dengan negara Palestina.”
Namun pernyataan video Netanyahu pada hari Minggu dapat dianggap membiarkan pintu sedikit terbuka bagi negara Palestina yang demiliterisasi.
Dia juga menolak gagasan bahwa kesepakatan akan membuat Hamas tetap berkuasa, dan bersikeras bahwa Israel akan mencapai “kemenangan total,” yang setelahnya “tidak akan ada entitas di Gaza yang mendanai dan mendidik terorisme atau mengirimkan teror ke kami.”
Netanyahu menuntut agar Gaza didemiliterisasi di bawah kendali keamanan penuh Israel.
Sebelumnya pada hari Minggu, The Wall Street Journal melaporkan bahwa AS, Mesir dan Qatar mendorong Israel dan Hamas untuk menerima rencana komprehensif yang akan mengakhiri perang, membebaskan sandera yang ditahan di Gaza, dan pada akhirnya mengarah pada normalisasi penuh Israel dengan tetangga dan pembicaraan untuk pembentukan negara Palestina.
Dalam pernyataan videonya, Netanyahu mengatakan bahwa Israel sepenuhnya menolak tuntutan Hamas dengan imbalan pembebasan 136 sandera yang tersisa di Gaza.
“Sejauh ini, kami telah memulangkan 110 sandera, dan kami berkomitmen untuk memulangkan mereka semua,” kata Netanyahu. “Saya sedang mengerjakan ini sepanjang waktu. Tapi biar jelas: Saya menolak mentah-mentah syarat penyerahan monster Hamas.”
Pilihan Editor Drone Ukraina Ledakkan Terminal Ekspor Minyak Rusia, Akan Picu Pembalasan Besar?