TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan tidak akan ada normalisasi hubungan dengan Israel tanpa pengakuan negara Palestina. Hal tersebut ia sampaikan dalam sebuah wawancara yang tayang pada Ahad, 21 Januari 2024.
Dalam wawancara yang awalnya direkam di sela-sela World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss pekan lalu, menteri tersebut ditanya apakah tidak akan ada hubungan normal antara Saudi dan Israel tanpa jalan menuju negara Palestina. Dia kemudian mengiakan hal tersebut.
“Itulah satu-satunya cara kami mendapatkan manfaatnya,” katanya, berbicara soal hubungan dengan Israel. “Jadi, ya, karena kita memerlukan stabilitas dan hanya stabilitas yang bisa dicapai melalui penyelesaian masalah Palestina.”
Faisal mengatakan deeskalasi konflik dan menghentikan kematian warga sipil di Gaza menjadi fokus utama Arab Saudi. “Apa yang kami lihat adalah Israel menghancurkan Gaza, penduduk sipil di Gaza,” katanya. “Ini sama sekali tidak perlu, sama sekali tidak dapat diterima dan harus dihentikan.”
Serangan militer Israel telah menewaskan sedikitnya 25.105 orang dan membuat 62.681 lainnya luka-luka di Gaza sejak 7 Oktober, menurut angka otoritas kesehatan Gaza. Sementara serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober menewaskan sekitar 1.139 warga di Israel.
Baca juga:
Terpisah, dalam sebuah panel di WEF, Faisal mengatakan bahwa “perdamaian di kawasan termasuk perdamaian untuk Israel”. Dia mengatakan Arab Saudi “pasti” akan mengakui Israel sebagai bagian dari kesepakatan politik yang lebih besar.
“Tetapi hal itu hanya bisa terjadi melalui perdamaian bagi Palestina, melalui negara Palestina,” katanya.
Sebelumnya, Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat Putri Reema binti Bandar Al-Saud mengatakan Saudi tidak bisa melanjutkan pembicaraan untuk mengakui Israel hingga ada gencatan senjata di Gaza.
“Saya pikir hal yang paling penting untuk disadari adalah (Kerajaan Saudi) belum menempatkan normalisasi sebagai inti kebijakannya,” kata duta besar Reema pada panel WEF Kamis lalu. “Kerajaan menempatkan perdamaian dan kemakmuran sebagai inti kebijakannya.”
Menurutnya, posisi Arab Saudi sudah cukup jelas dalam hal ini. “Selama terjadi kekerasan di lapangan dan pembunuhan masih berlanjut, kita tidak dapat berbicara tentang ‘hari berikutnya’,” kata dia.
Dalam kesempatan yang sama di WEF, Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel akan menjadi elemen kunci untuk mengakhiri peperangan di Gaza dan membawa perubahan bagi seluruh Timur Tengah.
“Kondisi ini masih rumit, rapuh, dan akan memakan waktu lama, namun menurut saya ini sebenarnya merupakan peluang untuk bergerak maju di dunia dan kawasan menuju masa depan yang lebih baik,” kata Herzog, seperti dikutip oleh AP.
Arab Saudi sebelumnya tidak pernah mengakui Israel secara resmi. Kerajaan tersebut tidak menandatangani Perjanjian Abraham pada 13 Agustus 2020, berbeda dengan negara-negara tetangganya di Teluk, Uni Emirat Arab dan Bahrain.
Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Uni Emirat Arab dan Bahrain mengakui kedaulatan Israel, sehingga memungkinkan terjalinnya hubungan diplomatik penuh.
Pilihan Editor: Amerika Serikat Serang Houthi, Arab Saudi Waswas Ketegangan Bakal Meluas
AL ARABIYA