TEMPO.CO, Jakarta - Serangan mematikan kepada politisi kembali terjadi. Di Korea Selatan, Lee Jae Myung, seorang politisi sayap kiri ditusuk dari dekat. Peristiwa ini menambah daftar panjang percobaan pembunuhan kepada tokoh politik.
Lee Jae Myung, berasal dari kota Andong dari sebuah keluarga kurang mampu, alih-alih menempuh sekolah menengah, ia justru bekerja di sebuah pabrik. Ia menempuh studi dan berhasil menjadi seorang pengacara. Lambat laun, ia kemudian terjun ke dunia politik.
Pada pemilihan Presiden Korea Selatan yang ketat pada 2022 lalu, Lee Jae Myung yang berhaluan kiri dari partai Demokrat kalah dari Yoon Suk Yeol yang berhaluan konservatif. Meskipun kalah, nama Lee Jae Myung tetap selalu digadang-gadang akan menjadi calon presiden kembali pada 2027 mendatang. Tak tanggung-tanggung, Lee bahkan juga diindikasikan tetap menjadi pesaing terkuat di pemilu mendatang.
Aksi mogok makan dan diduga korupsi
Pada Senin, 18 September 2023 Lee Jae Myung dirawat di rumah sakit sebagai buntut aksi mogok makannya. sebagai protesnya terhadap kebijakan pemerintah. Ia mengawali protes ini sekitar tanggal 31 Agustus, dengan beralasan pemerintah yang dinilai salah mengurus ekonomi, ancaman terhadap kebebasan media, serta kegagalan menentang pembuangan air limbah Fukushima. Diketahui selain ketiga alasan tersebut, Lee juga memiliki banyak alasan lain lagi. Akibat protes mogok makan yang dilakukannya, Lee akhirnya menderita dehidrasi sehingga harus dipindahkan ke rumah sakit dari Majelis Nasional di Seoul.
Menanggapi aksi Lee, ketua Partai Kekuatan Rakyat, Kim Gi Hyeon sebelumnya telah mendesak Lee untuk berhenti melakukan mogok makan. Kim bahkan menyatakan kesanggupannya untuk berbicara dengan para pemimpin oposisi mengenai masalah kebijakan yang dipermasalahkan.
Tak berselang lama setelah Lee dipindahkan ke rumah sakit, Jaksa mengungkapkan bahwa mereka telah meminta surat perintah penangkapan untuk Lee. Penangkapan ini berkaitan dari penyelidikan proyek pembangunan dan tuduhan suap yang diduga menyeret nama Lee Jae Myung.
Lee menerima tuduhan telah menyelewengkan tugasnya atas kerugian sebesar 20 miliar won yang menimpa Seongnam Development Corporation salama ia menjabat sebagai Wali Kota Seongnam. Tak hanya itu, Lee juga dituduh melakukan suap berkaitan dengan sebuah perusahaan yang dicurigai melakukan transfer uang ilegal senilai US$8 juta ke Korea Utara.
Meskipun demikian, Lee dengan tegas membantah semua tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai “fiksi” dan “konspirasi politik”. Untuk melepaskan kekebalan Lee dari penangkapan serta memproses segala tuduhan jaksa, pengadilan Seoul membutuhkan parlemen yang beranggotakan 300 orang. Partai Demokrat memegang suara mayoritas untuk hal ini. Sayangnya, parlemen dengan tegas menolak permintaan surat perintah penangkapan mereka.
Ditusuk orang tak dikenal
Pada Selasa, 2 Januari 2024, Lee ditusuk orang tak dikenal ketika melakukan kunjungan ke kota pelabuhan, Busan. Seorang pria berusia sekitar 67 tahun tiba-tiba menyerang Lee dengan menggunakan pisau sepanjang 18 cm. Penyerang ini tampak menggunakan mahkota kertas dan berlagak sebagai pendukung Lee. Ia mendekati Lee guna meminta tanda tangan, lalu secara tiba-tiba melangkah maju dan menyerangnya.
Setelah mengalami luka tusukan di leher, Lee dilarikan ke rumah sakit Universitas Nasional Pusan. Karena khawatir mengalami pendarahan di sekitar pembuluh darah, Lee dibawa ke Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul untuk menjalani operasi. Serangan itu terjadi saat sesi tanya jawab dengan wartawan, setelah Lee melakukan kunjungan ke lokasi pembangunan bandara baru di Pulau Gadeok, tak jauh dari Busan.
SHARISYA KUSUMA RAHMANDA I DIMAS KUSWANTORO I REUTERS
Pilihan Editor: 5 Pemimpin yang Pernah Diserang dari Dekat, ada Menteri dan Presiden Indonesia