TEMPO.CO, Jakarta - Militer Ukraina mengatakan pada Jumat 5 Januari 2024 bahwa pihaknya belum dapat memastikan apakah Rusia menggunakan rudal Korea Utara untuk menyerangnya. Pernyataan ini setelah Amerika Serikat sebelumnya menuduh Moskow menggunakan senjata yang disediakan oleh Pyongyang.
Gedung Putih menyampaikan klaim tersebut pada Kamis malam. AS juga mengatakan bahwa Moskow sedang mencari rudal dari sekutunya Iran, karena negara tersebut menghabiskan banyak amunisi penting hampir dua tahun setelah invasinya ke Ukraina.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menggambarkan pengiriman tersebut sebagai “eskalasi yang signifikan dan mengkhawatirkan”. Namun, Kyiv beberapa jam setelah pengumuman tersebut mengatakan bahwa Ukraina belum secara independen menemukan bukti yang mendukung klaim tersebut.
“Sejauh ini, kami tidak memiliki informasi bahwa rudal semacam itu telah digunakan. Amerika Serikat telah mengeluarkan pernyataan mengenai hal tersebut,” kata juru bicara angkatan udara Ukraina Yuriy Ignat kepada media pemerintah.
“Jadi para ahli akan mempelajari puing-puing itu, baru kami bisa mengatakan apakah itu fakta atau tidak. Saya belum bisa memastikannya,” tambahnya.
Dalam perang yang diharapkan Kremlin akan berakhir hanya dalam beberapa hari, Kyiv dan Moskow telah berjuang untuk mengisi kembali persediaan peluru artileri, drone, dan rudal jarak jauh.
Rudal yang dipasok Pyongyang dengan jangkauan sekitar 900 kilometer ditembakkan oleh Rusia dalam dua serangan terhadap Ukraina dalam seminggu terakhir, klaim Kirby.
Dia mengatakan bahwa Rusia telah meluncurkan setidaknya satu rudal yang dipasok Korea Utara pada 30 Desember, yang mendarat di lapangan terbuka di wilayah Zaporizhzhia.
Ini adalah salah satu dari empat wilayah yang diklaim Kremlin telah dianeksasi pada 2020 tetapi masih belum bisa dikontrol sepenuhnya.
Pasukan Moskow kemudian menembakkan “beberapa” rudal balistik ke Ukraina sebagai bagian dari serangan udara massal pada 2 Januari, tambah Kirby.
Rusia menghujani rudal ke dua kota terbesar di Ukraina, Kyiv dan Kharkiv, pada tanggal tersebut, dalam serangan fatal yang menyebabkan Kyiv membalas serangan ke kota perbatasan Rusia, Belgorod, dan memaksa sekolah-sekolah tutup.
Kirby mengatakan perkembangan ini menggarisbawahi perlunya Kongres AS untuk meloloskan paket bantuan militer yang penting bagi Ukraina. Tanpa tambahan, bantuan militer AS akan segera habis, tambah Kirby.
Pertahanan udara bagi Ukraina, yang mendapat rentetan serangan udara dari Rusia dalam beberapa hari terakhir, “benar-benar” merupakan prioritas, katanya.
Amerika Serikat mengatakan pada Oktober bahwa Korea Utara telah mengirimkan lebih dari 1.000 kontainer peralatan militer dan amunisi ke Rusia. Namun, ini adalah pertama kalinya negara tersebut melaporkan penggunaan senjata tersebut.
Ukraina telah meningkatkan sistem pertahanan udaranya secara signifikan dibandingkan musim dingin lalu, ketika serangan sistematis Rusia terhadap infrastruktur energi menyebabkan jutaan orang berada dalam kegelapan dan kedinginan untuk waktu yang lama.
Angkatan udaranya mengatakan pada Jumat bahwa Rusia menyerang Ukraina dengan hampir 30 drone penyerang rancangan Iran semalam, namun 21 di antaranya telah ditembak jatuh.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sebelumnya pasukannya telah menangkis serangan Ukraina di Krimea, dengan menembak jatuh 36 drone di semenanjung yang dianeksasi pada tahun 2014.
Kyiv telah menyerang wilayah yang dikuasai Rusia selama perang, meluncurkan rudal dan drone ke Sevastopol, kota terbesar di Krimea, dalam upaya untuk menekan armada angkatan laut Rusia di Laut Hitam.
Pilihan Editor: Kim Jong Un Genjot Produksi Rudal, AS dan Inggris Curiga untuk Rusia Serang Ukraina
FRANCE24