TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria Nevada yang dihukum dalam kasus penyerangan, melompati meja dan menyerang seorang hakim perempuan di ruang sidang Pengadilan Las Vegas.
Serangan itu membuat hakim terjatuh, namun tiga petugas keamanan cepat menarik pelaku yang sempat melancarkan pukulan kepada penangkapnya sebelum ia dihujani bogem mentah.
Kekerasan di Pengadilan Distrik Clark County itu terjadi pada hari Rabu, 3 Januari 2024, setelah Hakim Mary Kay Holthus menolak masa percobaan Deobra Redden, 30 tahun, dalam kasus penyerangan kejahatan dan bersiap untuk menjatuhkan hukuman penjara.
Beberapa saat sebelum serangan itu, Redden telah meminta keringanan hukuman kepada pengadilan, dengan mengatakan dia tidak pantas dipenjara.
Video menunjukkan Redden melompati meja hakim dan menyerang Holthus yang dia berusaha menghindar. Dua pria dan seorang petugas pengadilan berseragam menjegal dan meninju Redden, saat dia melontarkan kata-kata umpatan dan melontarkan pukulan sebelum diseret.
Holthus tampak terkejut ketika dia muncul dari belakang bangku. Dia menderita luka-luka dan sedang diperiksa, kata juru bicara pengadilan kepada Las Vegas Review-Journal. Sifat lukanya tidak disebutkan secara spesifik.
Seorang marshal ruang sidang dirawat di rumah sakit setelah menderita luka yang tidak mengancam jiwa, lapor Review-Journal.
Pejabat pengadilan dan pengacara yang terlibat dalam kasus ini tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Redden ditahan di penjara Clark County pada hari Kamis. Dia menghadapi beberapa tuduhan dan intimidasi terhadap pejabat publik terkait serangan hari Rabu, menurut catatan penjara.
Dia berada di pengadilan pada hari Rabu untuk hukuman dalam kasus sebelumnya di mana dia mengaku bersalah atas satu tuduhan penyerangan menyebabkan cedera tubuh yang parah.
Redden menjalani hukuman penjara setelah dia dinyatakan bersalah atas percobaan pencurian pada tahun 2019 dan kemudian pada tahun 2021 karena kekerasan rumah tangga, menurut catatan pengadilan.
REUTERS
Pilihan Editor 6 Negara Asia yang Memiliki Senjata Nuklir, Ada Indonesia?
