TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan Israel mengintensifkan pengeboman mereka di Jalur Gaza pada, Rabu, 3 Januari 2023, dan meminta warga sipil untuk meninggalkan kamp pengungsi di utara daerah kantong Palestina setelah perang meluas ke Lebanon dengan pembunuhan wakil pemimpin Hamas di Beirut.
Israel tidak membenarkan atau menyangkal bahwa mereka membunuh Saleh al-Arouri dalam serangan pesawat tak berawak di ibu kota Lebanon pada Selasa. Namun juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan pasukan Israel berada dalam kesiapan tinggi dan siap menghadapi skenario apa pun.
Pembunuhan tersebut merupakan tanda lebih lanjut bahwa perang selama hampir tiga bulan antara Israel dan Hamas menyebar ke seluruh wilayah, menarik Tepi Barat yang diduduki, pasukan Hizbullah di perbatasan Lebanon-Israel, dan bahkan jalur pelayaran Laut Merah.
Arouri, 57 tahun, yang tinggal di Beirut, adalah pemimpin politik senior Hamas pertama yang dibunuh sejak Israel memulai serangannya terhadap kelompok militan tersebut sebagai tanggapan atas amukan mematikan mereka ke kota-kota Israel pada 7 Oktober.
Anggota politbiro Hamas Hossam Badran mengatakan dalam pidatonya untuk Arouri: "Kami mengatakan kepada pendudukan kriminal (Israel) bahwa pertempuran di antara kami terbuka."
Israel telah lama menuduhnya mengatur serangan terhadap warganya. Namun seorang pejabat Hamas mengatakan dia juga "di jantung perundingan" yang dilakukan oleh Qatar dan Mesir mengenai hasil perang Gaza dan pembebasan sandera Israel yang ditahan Hamas.
Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah dijadwalkan berpidato di Beirut pada Rabu sore, 3 Januari 2024. Sebelumnya dia telah memperingatkan Israel agar tidak melakukan pembunuhan di tanah Lebanon, dan bersumpah akan memberikan “reaksi keras”.
Hizbullah yang bersenjata lengkap, sekutu Hamas, hampir setiap hari melakukan baku tembak dengan Israel di perbatasan selatan Lebanon sejak perang Gaza dimulai. Lebih dari 100 pejuang Hizbullah dan dua lusin warga sipil tewas di wilayah Lebanon, serta setidaknya sembilan tentara Israel di Israel.
Menyusul pembunuhan Arouri, misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan kemungkinan peningkatan eskalasi "yang dapat menimbulkan konsekuensi buruk bagi masyarakat di kedua sisi perbatasan".