TEMPO.CO, Jakarta - Serangan Israel ke Palestina terus menyisakan duka dan kehancuran. Menjelang akhir 2023 menjadi saksi atas serangkaian pelanggaran HAM yang terjadi di tengah konflik tersebut, dimana laporan dari berbagai sumber PBB menyoroti tentang penyerangan rumah sakit, serangan terhadap wartawan, dan kekejaman terhadap anak-anak.
Laporan dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB dan berbagai organisasi internasional lainnya menyoroti eskalasi serangan Israel yang melibatkan penduduk sipil, membawa dampak tragis terhadap kehidupan warga Palestina. Berikut ini adalah sejumlah aksi pelanggaran HAM yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama 2023.
1. Genosida Terhadap Penduduk Palestina
Tahun 2023 menyaksikan kelanjutan serangkaian tindakan genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap penduduk Palestina. Menurut laporan dari Badan PBB untuk Hak Asasi Manusia, tindakan ini mencakup pembunuhan massal, pemindahan paksa, serta penghancuran properti yang melibatkan warga sipil Palestina.
Dalam diskusi bertajuk “2023 War on Gaza: The Responsibility to Prevent Genocide” yang diselenggarakan PBB, profesor studi Holocaust dan genosida di Universitas Stockton, Raz Segal dan 56 cendekiawan Holocaust lainnya mengecam tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan oleh Hamas dan Islamic Jihad pada 7 Oktober, serta tindakan Israel sejak saat itu.
Mereka mencatat bukti serangan sistematis terhadap populasi sipil yang diartikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan oleh Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional. Pemimpin Israel, termasuk Presiden Isaac Herzog menunjukkan "niat untuk menghancurkan Palestina" dengan menyamakan mereka dengan "binatang".
2. Penyerangan Rumah Sakit
Israel terbukti melanggar hukum internasional dengan menyerang rumah sakit di wilayah Palestina. Dilansir dari ohchr.org, laporan PBB mencatat serangkaian pengeboman yang menargetkan fasilitas kesehatan, merampas hak mendasar warga Palestina untuk mendapatkan layanan medis yang memadai. Dilansir dari The Guardian, berikut adalah daftar rumah sakit di Gaza yang terkena imbas serangan Israel.
- International eye hospital pada 8-9 Oktober,
- Palestinian Medical Relief Centre for the Rehabilitation of the Disabled pada 25 Oktober,
- Al-Quds Hospital pada 29-30 Oktober dan 2-8 November,
- Turkish-Palestinian Friendship hospital pada 30 Oktober,
- Psychiatric hospital pada 5-6 November,
- Al-Shifa hospital pada 3 dan 10 November,
- Al-Awda hospital pada 9 November,
- Al-Nasr children’s hospital pada 8-10 November,
- Al-Rantisi paediatric hospital pada 5-6 dan 9-10 November, dan
- Rumah Sakit Indonesian pada 9 November
3. Penindasan Terhadap Wartawan
Kebebasan pers di Palestina semakin terancam akibat tindakan Israel yang menargetkan wartawan. Dilansir dari cpj.org, berdasarkan penyelidikan Committee to Protect Journalist (CPJ), hingga 23 Desember 2023, tercatat setidaknya 68 jurnalis dan pekerja media termasuk di antara lebih dari 21.000 orang yang terbunuh sejak perang dimulai pada tanggal 7 Oktober.
Hal ini ditunjukkan dengan lebih dari 20.000 warga Palestina tewas di Gaza dan Tepi Barat serta 1.200 tewas di Israel. Serangan ini merugikan upaya peliputan independen dan menyulitkan penyebaran informasi objektif tentang konflik, menciptakan ketidaksetaraan dalam akses informasi.
4. Kekejaman terhadap Anak-anak
Dilansir dari unicef.org, anak-anak Palestina menjadi korban utama kekejaman Israel, dengan melibatkan tindakan-tindakan kejam seperti penangkapan sewenang-wenang, penggunaan kekuatan berlebihan, dan pembunuhan. Pelanggaran terhadap hak anak menjadi sorotan serius dalam konflik ini.
Para ahli PBB mengeluarkan pernyataan keras yang mengutuk serangan terhadap warga sipil dan menyebutnya sebagai pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional. Serangkaian laporan tersebut memberikan gambaran menyeluruh tentang pelanggaran HAM yang terus berlanjut di wilayah Palestina yang diduduki oleh Israel.
Pernyataan Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Adele Khodr menyebutkan bahwa tak hanya di Gaza, Anak-anak yang tinggal di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, telah mengalami kekerasan yang parah selama bertahun-tahun.
Pilihan Editor: Mengenal Kofia, Band Indie Swedia yang Pro Palestina dan Anti Zionisme