TEMPO.CO, Jakarta -Sebanyak 10 ribu pasien kanker di Jalur Gaza tidak memiliki obat-obatan setelah satu-satunya rumah sakit kanker di wilayah kantong tersebut berhenti berfungsi di tengah pembombardiran militer Israel sejak awal Oktober, kata kepala rumah sakit itu pada Senin, 1 Januari 2024.
“Setelah Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina untuk kanker terpaksa tidak berfungsi lagi, ada 10.000 pasien kanker menghadapi keadaan yang memaksa dan tidak manusiawi,” kata Subhi Skaik, direktur rumah sakit tersebut, dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Anadolu Agency.
Saat ini pasien-pasien kanker di Gaza tidak memiliki akses terhadap obat kanker, katanya. Dia lantas mendesak negara-negara di seluruh dunia untuk membantu agar Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina dapat berfungsi kembali, menyebutnya sebagai “satu-satunya tempat peristirahatan bagi pasien kanker di Gaza”.
Pembangunan rumah sakit tersebut didanai oleh pemerintah Turki pada 2011 hingga 2017. Sebagai satu-satunya rumah sakit di Gaza khusus pengobatan kanker, Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina memiliki enam lantai dan luas 34.800 meter persegi, dengan kapasitas 180 tempat tidur.
Pada akhir Oktober 2023, Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan bahwa Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina terpaksa berhenti beroperasi setelah dibom habis-habisan oleh tentara Israel.
Israel telah membombardir Gaza sejak serangan lintas batas kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023, menewaskan sedikitnya 21.978 orang di wilayah kantong tersebut, termasuk 9.100 anak-anak dan 6.500 perempuan. Lebih dari 7.000 orang lainnya tidak diketahui keberadaannya.
Hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober, termasuk tentara militer Israel.
Pilihan Editor: Menteri Kesehatan Turki dan Mesir Bahas Pemindahan Pasien Kanker dari Gaza
ANADOLU