TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah investigasi oleh The Washington Post yang diterbitkan pada Kamis, 21 Desember 2023 menemukan Israel berbohong atas klaim Rumah Sakit Al Shifa di Jalur Gaza menjadi pusat komando kelompok militan Hamas. Alasan itu digunakan menjadi dalih bagi pasukan Israel untuk melancarkan serangan ke rumah sakit tersebut.
Sebelumnya, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari pada 27 Oktober 2023 mengatakan lima bangunan rumah sakit di Gaza menjadi pintu akses menuju terowongan bawah tanah yang menjadi markas Hamas. Hagari mengklaim pernyataan tersebut didukung “bukti nyata” ketika dia menjabarkan tuduhan tersebut.
Tentara Israel kemudian menyerbu Rumah Sakit Al Shifa pada 15 November 2023. Beberapa hari setelahnya, IDF merilis foto dan video tempat yang mereka sebut sebagai titik sentral markas Hamas. Yang berbicara dalam video adalah tidak lain dari Hagari, yang menunjukkan terowongan bawah tanah dan ruang-ruang gelap serta kosong di bawah Al Shifa.
“Teroris datang ke sini untuk mengomando operasi mereka,” kata Hagari dalam sebuah video yang diterbitkan pada 22 November.
Klaim Israel didukung Amerika Serikat. Beberapa jam sebelum Israel menyerang Al Shifa, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mendeklasifikasi penilaian intelijen Amerika Serikat yang dikatakan mendukung klaim bahwa rumah sakit itu menjadi pusat komando Hamas. Setelah serangan, para pejabat Israel dan Amerika Serikat pun tetap teguh pada pernyataan awal mereka.
“Namun bukti yang disajikan pemerintah Israel tidak menunjukkan Hamas telah menggunakan rumah sakit tersebut sebagai pusat komando dan kendali,” demikian pemberitaan Washington Post dalam hasil investigasinya. Mereka menggunakan visual sumber terbuka, citra satelit, dan semua materi IDF yang dapat diakses oleh publik.
Penyelidikan tersebut menemukan tiga hal, pertama ruang-ruang yang terhubung ke jaringan terowongan yang ditemukan oleh IDF tidak menunjukkan bukti langsung adanya penggunaan militer oleh Hamas. Kedua, tak satu pun dari lima bangunan rumah sakit yang diidentifikasi oleh Hagari tampaknya terhubung ke jaringan terowongan, dan ketiga tidak ada bukti terowongan tersebut dapat diakses dari dalam bangsal rumah sakit.
Sejumlah tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut dan pejabat Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan di hari penyerbuan Al Shifa pada 15 November 2023, tepatnya saat pagi menuju siang pasukan Israel telah memegang kendali penuh. IDF kemudian menduduki Al Shifa selama lebih dari seminggu.
Israel selanjutnya terus merilis dokumentasi yang mereka gambarkan sebagai bukti aktivitas militer Hamas di dalam dan di bawah rumah sakit, termasuk video juru bicara IDF Jonathan Conricus yang tampak menunjukkan temuannya yaitu tas berisi senapan AK dan magasin amunisi di belakang mesin pencitraan resonansi magnetik (MRI).
Keesokan harinya, IDF merilis gambar yang menunjukkan pintu masuk terowongan di sudut timur laut kompleks Al Shifa dekat gedung bedah khusus. Menurut laporan Washington Post, citra satelit menunjukkan bahwa pasukan Israel menemukan pintu masuk tersebut di dalam sebuah bangunan kecil yang mereka hancurkan.
Dalam video yang dirilis militer Israel, Hagari tampak menjelajahi jaringan terowongan yang terhubung ke pintu tersebut. Rekaman menunjukkan terowongan panjang yang membentang ke timur dari poros dan mengarah ke selatan di bawah unit bedah khusus; bagian lain menuju ke utara menjauhi kompleks rumah sakit.
Washington Post dalam investigasinya pun memetakan jalur terowongan dengan melakukan geolokasi tempat penggalian di dalam Al Shifa dan menganalisis video IDF bingkai demi bingkai untuk menentukan arah dan panjang jaringan terowongan. Mereka kemudian menempatkan gambar rute terowongan tersebut di atas peta asli yang dirilis oleh IDF pada 27 Oktober 2023, yang disebut menunjukkan keseluruhan infrastruktur komando dan kontrol Hamas.
“Tak satu pun dari lima bangunan yang disorot oleh IDF tampaknya terhubung ke terowongan, dan tidak ada bukti yang menunjukkan terowongan tersebut dapat diakses dari dalam bangsal rumah sakit, seperti yang diklaim Hagari,” tulis Washington Post mengenai temuannya.
Sebelumnya Hamas pada 18 November 2023 menggambarkan klaim mengenai Rumah Sakit Al Shifa tersebut sebagai bagian dari kampanye kebohongan yang terang-terangan. Ketika tudingan terhadap Al Shifa mereda dan serangan terhadap rumah sakit tersebut usai, seorang mantan penasihat hukum di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Brian Finucane berbicara kepada Washington Post untuk memperingatkan adanya preseden yang dibuat dari tindakan Israel.
“Saya pikir ada risiko apa yang mungkin Israel coba lakukan di sini memberikan alasan untuk melakukan operasi-operasi (militer) selanjutnya terhadap rumah sakit di masa depan,” kata Finucane, yang sekarang menjadi penasihat senior di organisasi nonpemerintah di bidang krisis global, Crisis Group.
Menyusul kasus Rumah Sakit Al Shifa, Israel terus menjadikan rumah sakit lainnya sebagai target, termasuk Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza utara. Menurut WHO, kini hanya sembilan dari 36 fasilitas kesehatan yang masih berfungsi secara terbatas di seluruh Gaza, dan semuanya berada di Gaza selatan. Sementara Gaza utara sudah tidak memiliki satu pun fasilitas kesehatan yang berfungsi sepenuhnya.
WASHINGTON POST | Rolling Stone
Pilihan Editor: Ridwan Kamil: Jabar akan Buka Warung Kopi di Maroko