TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 2,3 juta penduduk Jalur Gaza menghadapi tingkat krisis kelaparan dan risiko kelaparan meningkat setiap hari seiring berlanjutnya perang Israel Hamas, kata sebuah badan yang didukung PBB dalam sebuah laporan yang diterbitkan Kamis, 21 Desember 2023.
Hal ini menjadikan proporsi rumah tangga di wilayah Palestina yang berada dalam krisis kelaparan, atau menderita kerawanan pangan akut tingkat tinggi, menjadi yang terbesar yang pernah tercatat secara global, menurut laporan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC).
Situasi kemanusiaan di Gaza telah memburuk dengan cepat sejak operasi militer Israel besar-besaran pada 7 Oktober, dengan serangan udara besar-besaran dan serangan darat yang menghancurkan wilayah-wilayah kantong yang luas sejak saat itu, sebagai respons terhadap serangan mematikan yang mengejutkan oleh militan kelompok Hamas yang berkuasa di Gaza.
Truk-truk yang membawa bantuan dari Mesir telah mengirimkan sejumlah makanan, air dan obat-obatan, namun PBB mengatakan jumlah makanan tersebut hanya 10% dari kebutuhan penduduk di wilayah tersebut, yang sebagian besar adalah pengungsi.
“Ada risiko kelaparan dan hal ini meningkat setiap harinya karena situasi permusuhan yang intens dan terbatasnya akses kemanusiaan saat ini terus berlanjut atau memburuk,” kata laporan IPC.
Distribusi bantuan di Gaza terhambat oleh operasi militer, inspeksi bantuan yang dituntut oleh Israel, pemadaman komunikasi dan kekurangan bahan bakar.
Beberapa penduduk Gaza yang putus asa telah melompat ke truk bantuan untuk mencoba mendapatkan pasokan makanan dan barang-barang lainnya yang langka. Ada laporan warga yang memakan daging keledai dan pasien kurus yang mencari pertolongan medis.