TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi memperingatkan Filipina agar masalah sengketa perbatasan di Laut Cina Selatan diselesaikan dengan dialog. Hal ini dikatakan Wang menyusul meningkatnya insiden antar-kapal dari kedua belah pihak.
Beijing dan Manila saling melontarkan tuduhan tajam dalam beberapa bulan terakhir atas perselisihan yang melibatkan kapal penangkap ikan, kapal penjaga pantai, dan kapal lainnya di Laut Cina Selatan, sebuah koridor perdagangan strategis di mana kedua negara memiliki klaim yang tumpang tindih.
Wang mengatakan kepada mitranya dari Filipina, Menteri Luar Negeri Enrique Manalo, melalui panggilan telepon pada hari Rabu bahwa jika negara Asia Tenggara tersebut salah menilai atau berkolusi dengan kekuatan eksternal yang “berniat buruk” di perairan yang disengketakan, Cina akan mempertahankan hak-haknya dan merespons dengan tegas.
Wang tampaknya menyindir keterlibatan Amerika Serikat, yang merupakan sekutu Filipina, dalam sengketa Laut Cina Selatan ini.
“Hubungan Cina-Filipina berada di persimpangan jalan,” kata Wang. Prioritas utama adalah menangani dan mengendalikan situasi maritim saat ini dengan benar.
Manalo mengatakan pada Kamis, 21 November 2023, bahwa dia melakukan pembicaraan yang jujur dengan Wang.
“Kami berdua mencatat pentingnya dialog dalam mengatasi masalah ini,” kata Manalo, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri. Belum jelas siapa yang memulai panggilan telepon tersebut.
Cina mengklaim sebagian besar perairan di wilayah yang disebut Sembilan Garis Putus, yang juga diperebutkan oleh Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam.
Pengadilan internasional membatalkan klaim Tiongkok atas 90% Laut Cina Selatan pada tahun 2016 tetapi Beijing tidak mengakui keputusan tersebut. Cina telah membangun pulau-pulau buatan di wilayah sengketa dalam beberapa tahun terakhir dan memasang jalur udara di beberapa pulau tersebut.
REUTERS
Pilihan Editor Hamas Tuntut Gencatan Senjata Permanen, Israel Menolak Mentah-mentah