TEMPO.CO, Jakarta - Israel menggempur Jalur Gaza pada Rabu, 13 Desember 2023, membunuh banyak keluarga di rumah mereka bahkan ketika Washington mengirim utusan untuk mendorong sekutunya agar lebih tepat dalam perang melawan Hamas.
Dua minggu setelah gencatan senjata gagal, perang telah memasuki fase yang intens, dengan pertempuran yang kini berkobar di seluruh daerah kantong Palestina dan organisasi-organisasi internasional memperingatkan akan terjadinya bencana kemanusiaan yang besar.
Di Rafah, yang dipenuhi orang-orang di tenda-tenda darurat di tepi selatan Gaza, perempuan dan laki-laki menangis di kamar mayat di mana jenazah mereka yang tewas dalam serangan udara semalam dibaringkan dalam kain kafan yang berlumuran darah. Beberapa di antaranya adalah anak kecil.
Rumah keluarga Abu Dhbaa dan Ashour yang berdekatan telah dihancurkan oleh serangan udara besar-besaran, dan penduduk dengan penuh semangat memilah-milah puing-puing. Otoritas kesehatan Gaza mengatakan 26 orang tewas di sana.
Tetangganya, Fadel Shabaan, bergegas ke daerah tersebut setelah pengeboman.
“Sulit karena debu dan jeritan orang-orang. Kami pergi ke sana dan kami melihat tetangga kami yang memiliki sepuluh orang syahid. Ini kamp yang aman, tidak ada apa-apa di sini, anak-anak bermain sepak bola di jalanan,” katanya.
Israel telah mengabaikan seruan untuk melakukan gencatan senjata, termasuk resolusi di Dewan Keamanan PBB yang diblokir oleh veto AS minggu lalu dan resolusi lain yang disahkan di Majelis Umum minggu ini.
Washington telah memberikan perlindungan diplomatik kepada sekutu lamanya, namun menyatakan semakin khawatir atas kematian warga sipil. Presiden Joe Biden melangkah lebih jauh minggu ini dengan menggambarkan pengeboman Israel sebagai tindakan yang “tidak pandang bulu”.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan, yang akan berada di Israel pada Kamis dan Jumat, akan berdiskusi dengan Israel mengenai perlunya serangan mereka lebih tepat, kata juru bicara John Kirby.
Hingga 45% dari 29.000 amunisi udara ke darat yang dijatuhkan Israel di Gaza sejak 7 Oktober adalah “bom bodoh” yang tidak terarah, menurut penilaian intelijen AS yang dilaporkan oleh CNN.
Menteri Pertanian Avi Dichter, anggota kabinet keamanan Israel dan Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menolak karakterisasi Biden atas serangan Israel sebagai tindakan yang tidak pandang bulu.
"Tidak ada yang namanya 'bom bodoh'. Ada bom yang lebih akurat, ada pula yang kurang akurat. Yang kita miliki sebagian besar adalah pilot yang tepat sasaran," katanya kepada Radio Angkatan Darat. “Tidak ada kemungkinan angkatan udara Israel atau unit militer lainnya menembaki sasaran yang bukan sasaran teror.”
REUTERS
Pilihan Editor: Sudan dan Palestina Masuk Daftar 20 Negara Berisiko Darurat Kemanusiaan pada 2024