TEMPO.CO, Jakarta - Seorang warga negara Indonesia atau WNI yang menjadi relawan MER-C atau lembaga medis dan kemanusiaan, Farid Zanzabil Al-Ayubi telah tiba di Jakarta pada Rabu dini hari, 13 Desember 2023. Ia berhasil dievakuasi dari Gaza, Palestina.
Dia tiba di Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang pada malam hari sekitar pukul 12.00 WIB hari ini. Keberangkatannya dilakukan dari Bandara Kairo di Mesir kemarin, sekitar pukul 09.00 pagi waktu setempat setelah mengalami penundaan penerbangan.
Atas kepulangan relawan MER-C itu, Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad berterima kasih kepada pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Luar Negeri, yang memfasilitasi evakuasi. “Kami mengapresiasi Kemlu yang telah berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengevakuasi relawan kami,” katanya pada konferensi pers, Rabu, 13 Desember 2023.
Proses evakuasi Farid dari Gaza dimulai pada Sabtu, 9 November lalu. Menurut keterangan Kemlu, dia berhasil keluar dari Gaza pukul 19.00 WIB dan dijemput tim evakuasi KBRI Kairo di perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza.
Farid merupakan satu dari tiga WNI yang menolak tawaran evakuasi dari pemerintah Indonesia ketika serangan Israel di Gaza semakin memburuk. Tujuh orang dari total sepuluh WNI di Gaza telah berhasil dievakuasi oleh pemerintah Indonesia dalam proses yang dimulai sejak awal November. Seiring perkembangan situasi, Farid yang telah menetap di Gaza sejak 2020 meminta dievakuasi pula.
Sejak tempat bertugasnya yaitu Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza utara berhenti beroperasi pada 16 November 2023, ketiga relawan MER-C yaitu Farid bersama Fikri Rofiul Haq dan Reza Aldilla Kurniawan mengikuti gelombang evakuasi warga ke Gaza selatan.
Mereka melalui perjalanan panjang dari Beit Lahia, Gaza utara ketika pada 22 November 2023 orang-orang dievakuasi dari RSI ke Khan Younis di wilayah selatan. Di sana, para relawan menetap di sekolah milik pemerintah Gaza, tempat kedua rekan Farid masih tinggal.
Menurut Farid, tidak ada kesulitan selama proses evakuasinya dari Gaza ke Mesir. “Yang susahnya itu menunggu list nama yang mereka upload dari Rafah,” ujarnya pada konferensi pers.
Dia mengatakan setiap hari ada nama-nama yang diizinkan keluar dari Gaza. Untuk bisa keluar, mereka harus mengantongi tiga izin yaitu dari Mesir, Palestina, dan Israel. Satu-satunya hambatan yang dia alami untuk keluar dari Gaza adalah pihak Israel yang tidak segera memberi izin. “Mesir langsung (izinkan) nama-nama kami waktu itu, tetapi masalahnya ada di mereka (Israel),” katanya.
NABIILA AZZAHRA A.
Pilihan editor: Menlu Retno Kecam Keras Agresi di Gaza: Israel Bukan Membela Diri!