TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah Duta Besar PBB yang kini menjadi anggota Dewan Keamanan memperoleh kesempatan langka untuk mengunjungi penyeberangan Rafah, pintu gerbang utama ke Gaza dari Mesir dan pusat respons kemanusiaan pada Senin lalu.
Sebuah penerbangan sewaan Uni Emirat Arab yang membawa diplomat, petugas kesehatan dan jurnalis mendarat di Bandara Al Arish, Mesir. Kunjungan ini bertujuan untuk menyoroti penderitaan kemanusiaan rakyat Palestina dan perlunya gencatan senjata segera di Gaza.
Inggris, Cina dan Rusia adalah tiga anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang turut serta dalam penerbangan tersebut. Prancis dan Amerika Serikat, yang memveto resolusi Dewan Keamanan yang menyerukan gencatan senjata pada Jumat, menolak untuk bergabung. Dari anggota tidak tetap DK PBB, hanya Gabon yang tidak turut serta.
Para duta besar ini menyaksikan sendiri truk-truk bantuan yang terhenti di perbatasan Gaza karena dilarang masuk oleh Israel hingga mengunjungi rumah sakit Mesir yang merawat warga Palestina dari Gaza dengan anggota tubuh yang harus diamputasi.
Perjalanan informal satu hari yang diselenggarakan oleh Uni Emirat Arab dan Mesir ini terjadi di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan di Gaza yang dilanda perang.
Berbicara pada awal perjalanannya, utusan UEA Lana Nusseibeh mengatakan hal ini bukanlah tugas resmi Dewan Keamanan, dan para anggotanya mengambil bagian dalam inisiatif “nasional dan pribadi” mereka sendiri.
“Kami di sini hari ini untuk meninjau operasi kemanusiaan pengiriman bantuan ke Gaza melalui penyeberangan Rafah. Penting bagi anggota dewan yang telah melakukan perjalanan ke sini untuk melihat secara langsung tantangan yang dihadapi oleh para aktor kemanusiaan di lapangan,” kata Nusseibeh kepada The Nation.
“Kami telah melihat dengan jelas dalam laporan PBB bahwa bantuan yang sampai ke warga Gaza tidak mencukupi, karena proses inspeksi dan verifikasi saat ini dan karena tidak ada penyeberangan dan titik masuk lain yang dibuka untuk meningkatkan pengiriman bantuan. Kami berterima kasih kepada Mesir dan PBB, serta Otoritas Palestina atas upaya mereka yang tak kenal lelah dalam hal ini.”
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia yang melihat langsung kondisi di sana mengatakan,“Saya tidak yakin apa yang AS lihat hari ini akan sangat menyenangkan mereka. AS akan melihat apa yang sebenarnya terjadi dan bukan apa yang dilindungi oleh motif geostrategis mereka,” tambahnya, seraya menyebut situasi tersebut sebagai “bencana”.
Sebelumnya, para utusan tersebut mengunjungi sebuah rumah sakit di El-Arish dekat penyeberangan Rafah, merawat warga Gaza yang dievakuasi dari konflik.
Di antara mereka yang mereka temui adalah Wafaa Asaad, seorang perempuan berusia 27 tahun dari Gaza. Ia sedang hamil besar ketika rumahnya terkena serangan Israel, yang menewaskan suaminya dan melukai kedua putrinya.
Dia dievakuasi ke Mesir untuk perawatan medis dank arena kondisi lukanya yang sangat parah, Wafaa harus kehilangan lengan dan kakinya dalam oeprasi amputasi. Namun, ia secara ajaib berhasil melahirkan hanya beberapa jam setelah melintasi perbatasan, kata saudara perempuannya, Alaa.
“Pesan kami kepada PBB adalah kami ingin perang dihentikan,” kata Alaa dengan keponakannya yang baru lahir terbaring di tempat tidur di sampingnya.
Utusan Ekuador untuk PBB Jose de la Gasca mengatakan bahwa dia “hancur” dengan kunjungan ke rumah sakit tersebut.
“Saya baru saja bertemu dengan seorang ibu muda yang kehilangan anaknya dan memiliki seorang gadis kecil lagi yang terluka,” ujar Gasca. "Saya tidak ingin melihat lagi apa yang baru saja saya lihat. Ini mengerikan."
Para diplomat kemudian mengunjungi penyeberangan Rafah melalui jalan yang dipenuhi truk bantuan menunggu izin memasuki Gaza.
Keberangkatan melalui penyeberangan dikontrol dengan ketat, dan hanya warga negara asing dan orang-orang yang terluka parah yang diizinkan meninggalkan Gaza dalam sebagian besar keadaan.
Masuknya bantuan juga dibatasi ketat. Hanya sedikit orang yang memasuki wilayah pesisir Palestina sejak gencatan senjata selama seminggu gagal pada awal bulan.
“Truk-truknya, antrean truk yang panjang, saya tidak pernah membayangkan hal ini,” kata utusan Korea Selatan yang akan menduduki kursi di dewan tersebut tahun depan.
Kunjungan pada Senin ini menandai upaya diplomatik terakhir UEA untuk menggalang dukungan bagi gencatan senjata menjelang berakhirnya masa jabatan dua tahunnya di dewan keamanan pada akhir bulan.
Utusan Brasil untuk PBB Sergio Danese menyebut kunjungan itu sebagai “isyarat simbolis.”
"Kami menunjukkan ketertarikan. Kami menunjukkan bahwa kami terlibat dalam upaya melakukan sesuatu yang lebih bermakna...tapi kami perlu berbuat lebih banyak," katanya di depan gerbang hitam dan kawat penyeberangan Rafah tampak di belakangnya.
Philippe Lazzarini, kepala badan pengungsi Palestina di PBB, UNRWA, memberi pengarahan kepada para utusan tersebut mengenai situasi kemanusiaan sebelum ia menuju ke Gaza untuk kunjungan ketiganya sejak dimulainya perang pada Oktober.
Ada “frustasi mendalam, kekecewaan dan kemarahan... (bahwa) kita bahkan tidak dapat mencapai konsensus untuk gencatan senjata,” kata Lazzarini.
“Kelaparan merajalela di Gaza. Semakin banyak orang yang belum makan selama satu hari, dua hari, tiga hari…orang-orang kekurangan segalanya.”
Perang tersebut dipicu ketika Hamas, kelompok Islam Palestina yang menguasai Gaza, melakukan serangan paling mematikan yang pernah terjadi terhadap Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut data Israel, dan menyandera sekitar 240 orang kembali ke Gaza.
Israel membalasnya dengan pemboman tanpa henti dan serangan darat yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan menewaskan lebih 18.400 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Sebanyak 50.000 orang terluka, 20 persen diantaranya anak-anak yang harus mengalami amputasi baik kaki atau tangan maupun keduanya. Selain itu, 8.000 orang dilaporkan hilang, sebagian besar masih berada di bawah reruntuhan bangunan yang dibom Israel.
Pilihan Editor: Utusan Dewan Keamanan PBB Datangi Perbatasan Mesir dengan Gaza
FRANCE24 | THE NATIONAL