TEMPO.CO, Jakarta - Investigasi militer yang diluncurkan awal tahun ini telah mengungkapkan bahwa pangkalan militer Amerika Serikat di Irak dan Suriah telah menjadi sasaran pencurian, dengan “berbagai senjata dan peralatan sensitif” dilaporkan hilang.
Laporan The Intercept pada akhir pekan lalu, mengutip dokumen eksklusif yang mencatat bahwa kehadiran militer AS di kedua negara Timur Tengah itu tidak mampu mengamankan peralatan, apalagi personel.
Hal ini terjadi di tengah meningkatnya serangan rudal dan drone terhadap pangkalan AS di Irak dan Suriah dari faksi perlawanan Irak yang didukung Iran. Serangan ini sebagai solidaritas atas genosida Israel yang didukung AS terhadap warga Palestina di Gaza yang diluncurkan sejak bulan lalu.
Sejak saat itu, AS telah meningkatkan serangannya sebagai tanggapan, termasuk “serangan presisi” terhadap “fasilitas pelatihan dan rumah persembunyian” di Suriah, yang diduga digunakan oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.
Laporan tersebut mencatat bahwa meskipun pangkalan-pangkalan di Irak dan Suriah beroperasi untuk melakukan “misi kontra-ISIS,” pangkalan-pangkalan tersebut juga berfungsi “terutama sebagai penghalang terhadap Iran.”
Awal tahun ini, outlet tersebut mengungkapkan bahwa peralatan artileri AS, “sistem senjata” dan amunisi khusus senilai ratusan ribu dolar telah dicuri, dan beberapa di antaranya berakhir di tangan organisasi teroris, termasuk ISIS.
Dokumen terbaru tentang pencurian di Irak, tidak pernah dipublikasikan oleh militer dan ditemukan dalam file investigasi kriminal yang diperoleh melalui Freedom of Information Act. Penemuan ini juga merupakan bukti terbaru bahwa pos-pos militer AS di wilayah tersebut dan di belahan dunia lain “menjadi sasaran yang menggoda bagi para penjahat.”
“Kita cenderung tidak berpikir cukup kritis mengenai dampak dari jejak militer AS yang begitu luas,” kata Stephanie Savell, salah satu direktur Costs of War Project di Brown University, seperti dikutip oleh The Intercept.
“Apa yang disebut perang melawan teror belum berakhir – ini hanya sebuah perubahan. Dan kita dapat memahami pencurian senjata ini hanya sebagai salah satu dari banyak dampak politik dari kampanye yang sedang berlangsung.”
Awal pekan ini, Wakil Sekretaris Pers Pentagon, Sabrina Singh mengatakan bahwa pasukan AS di Irak dan Suriah telah diserang sebanyak 66 kali sejak 17 Oktober. AS melaporkan sekitar 62 tentaranya terluka. Dari total serangan, 34 terjadi di Suriah dan 32 di Irak, kata Singh.
Pilihan Editor: Pentagon Sebut Tentara AS Diserang 55 Kali di Irak dan Suriah
MIDDLE EAST MONITOR