TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan peluncuran satelit mata-mata yang dilakukan negaranya baru-baru ini merupakan wujud hak mereka untuk membela diri, karena Pyongyang merayakan peristiwa tersebut sebagai bukti bahwa mereka bisa menyerang di mana pun di dunia, media pemerintah melaporkan.
Korea Utara mengatakan pada Selasa bahwa mereka telah menempatkan satelit mata-mata pertamanya di orbit, yang memicu kecaman internasional karena melanggar resolusi PBB yang melarang penggunaan teknologi yang dapat diterapkan pada program rudal balistik.
Kim mengunjungi Administrasi Teknologi Dirgantara Nasional (NATA) untuk memberi tepuk tangan kepada para ilmuwan dan teknisi luar angkasa, dan mengatakan peluncuran pada Selasa adalah “peristiwa yang membuka mata” dalam menghadapi gerakan “berbahaya dan agresif” dari kekuatan musuh, kantor berita KCNA melaporkan.
“Dia mengatakan bahwa kepemilikan satelit pengintaian adalah perwujudan hak untuk membela diri. Angkatan bersenjata DPRK tidak boleh menyerah sedikit pun atau berhenti, bahkan sesaat pun,” kata KCNA, menggunakan inisial resmi Korea Utara, Republik Demokratik Rakyat Korea.
Korea Utara menjadi tuan rumah resepsi untuk merayakan peluncuran tersebut pada Kamis, 23 November 2023, di mana Perdana Menteri Kim Tok Hun mengatakan satelit tersebut akan mengembangkan militer Korea Utara menjadi "tentara terbaik di dunia yang memiliki kemampuan untuk menyerang seluruh dunia".
Foto-foto yang diambil media pemerintah menunjukkan anggota keluarga Kim bergabung dengan pemimpin tersebut untuk merayakan peluncuran tersebut.
Putri Kim duduk di sebelahnya pada jamuan makan malam itu dengan mengenakan kaos berlogo NATA, bersama dengan istri Kim, saudara perempuannya, ilmuwan roket dan insinyur, seperti ditunjukkan foto-foto media pemerintah.
Peluncuran satelit minggu ini adalah upaya ketiga Korea Utara tahun ini setelah dua kegagalan dan menyusul perjalanan langka Kim ke Rusia pada September, di mana Presiden Vladimir Putin berjanji membantu Pyongyang membangun satelit.
Para pejabat Korea Selatan mengatakan peluncuran terbaru kemungkinan besar melibatkan bantuan teknis Rusia di bawah kemitraan yang berkembang di mana Pyongyang memasok jutaan peluru artileri ke Rusia.
Rusia dan Korea Utara telah membantah adanya kesepakatan senjata namun menjanjikan kerja sama yang lebih dalam.
Korea Selatan mengatakan bahwa satelit Korea Utara diyakini telah memasuki orbit, namun perlu waktu untuk menilai apakah satelit tersebut beroperasi secara normal.
REUTERS
Pilihan Editor: Pujian dan ketakutan setelah kemenangan Geert Wilders