TEMPO.CO, Jakarta - Direktur kedaruratan regional WHO Rick Brennan pada Kamis, 16 November 2023, mengungkap PBB menghadapi pilihan terbatas karena kendala keamanan dan logistik ketika sedang mencari cara untuk mengevakuasi Rumah Sakit Al Shifa di Gaza. Kendala tersebut menyangkut ketersediaan bahan bakar dan ambulans.
Brennan dalam wawancara dengan Reuters mengatakan Bulan Sabit Merah Palestina kekurangan bahan bakar untuk ambulansnya di Gaza untuk mengevakuasi pasien. Jumlah ambulans yang ada saat ini juga tidak cukup. Sedangkan Mesir mengatakan pihaknya terbuka untuk mengirim ambulans ke Gaza demi membantu mengevakuasi orang-orang selama jaminan keamanan dapat diberikan. WHO memahami bahwa masih ada sekitar 600 pasien termasuk 27 orang dalam kondisi kritis di rumah sakit Shifa, yang dimasuki pasukan Israel pekan ini setelah pengepungan selama berhari-hari.
“Kami sedang mempertimbangkan kemungkinan evakuasi medis secara penuh, namun ada banyak kekhawatiran mengenai keamanan, dan ada banyak kendala logistik. Pilihan kami agak terbatas, namun kami berharap mendapatkan kabar yang lebih baik dalam 24 jam ke depan,” kata Brennan.
Brennan mengatakan prioritas dalam evakuasi akan diberikan antara lain kepada bayi yang sakit kritis dan 36 bayi baru lahir yang kehilangan akses ke inkubator karena kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan listrik. Selain kekurangan bahan bakar dan ambulans, ia mengungkapkan rencana evakuasi juga menjadi rumit karena komunikasi dengan rumah sakit sering terputus.
“Idenya adalah kami akan membawa sebagian besar pasien dalam hitungan hari atau minggu dari Shifa. Kami akan membawa sebagian besar dari mereka ke rumah sakit di Gaza selatan, namun rumah sakit tersebut juga sudah kewalahan sehingga ini merupakan faktor rumit lainnya. Pilihan lainnya tentu saja membawa sejumlah dari mereka ke Mesir,” imbuhnya.
Seorang juru bicara WHO mengatakan Rumah Sakit El Arish di Mesir kemungkinan besar akan menjadi rumah sakit rujukan pertama. Pihaknya bekerja sama dengan pemerintah Mesir dalam merencanakan dan membangun sistem triase, stabilisasi, dan evakuasi medis yang komprehensif, termasuk menyediakan pasokan medis tambahan dan dukungan kesehatan mental.
Rumah sakit dan negara lain bisa menerima lebih banyak pasien, katanya, termasuk mereka yang memiliki kondisi kompleks seperti kanker serta mereka yang terluka dalam pengeboman oleh Israel. Evakuasi pertama pasien dari Gaza ke rumah sakit di luar Mesir dilakukan pada Rabu, ketika 27 pasien kanker diterbangkan ke Turki dari El Arish.
Sedangkan juru bicara ICRC mengatakan risiko insiden keamanan selama evakuasi medis di Gaza masih tinggi. Ia mengatakan konvoi medis ICRC yang mengantarkan pasokan ke rumah sakit terpisah di Gaza mendapat kecaman pekan lalu. Berbicara tentang evakuasi medis dalam konflik, ia mengatakan, “Sulit untuk menjawab bagaimana hal ini biasanya dilakukan, karena situasi ini sama sekali tidak normal.”
REUTERS
Pilihan Editor Top 3 Dunia: Vatikan Larang Freemason, Terowongan Hamas di RS Al Shifa, Iran Tak Tahu Serangan 7 Oktober